Sunday, June 9, 2013

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH PENGEMBANGAN DAN PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

Oleh:
PENTA YOSHUA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAKLI SEMARANG
PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kondisi Kesehatan Indonesia masih didominasi oleh penyakit berbasis lingkungan khususnya penyakit yang dibawa oleh air (water borne diseases), seperti DBD, Diare, Kecacingan dan Polio. Penyebab utama tingginya penyakit-penyakit tersebut adalah perilaku hidup yang belum bersih dan sehat, terutama masih banyak masyarakat yang buang air besar di tempat terbuka (open defecation), seperti di kebun, sungai, dan sebagainya.
Upaya-upaya peningkatan cakupan jamban yang telah dilakukan bertahun-tahun melalui berbagai proyek dan pendekatan, tetapi belum memberikan hasil yang signifikan dengan besarnya biaya yang telah dikeluarkan. Tolok ukur yang digunakan dalam pelaksanaan program-program adalah peningkatan jumlah jamban yang dibangun. Namun demikian, pada kenyataannya belum mampu menurunkan prevalensi penyakit berbasis lingkungan, karena banyak masyarakat yang tetap buang air besar di tempat terbuka.
Kementrian Kesehatan khususnya Direktorat Penyehatan Lingkungan bersama Pokja WASPOLA mengembangkan teknik pendekatan perilaku hidup bersih dan sehat, yaitu dengan pendekatan Community Led Total Sanitation(CLTS) atau istilah lain adalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Pendekatan CLTS ini menitikberatkan kepada fasilitasi atas suatu proses untuk menyemangati serta memberdayakan masyarakat setempat untuk tidak buang air besar di tempat terbuka serta membangun dan menggunakan jamban atas kemauan sendiri tanpa subsidi dari luar. Melalui pendekatan CLTS anggota masyarakat diajak menganalisis masalah sekaligus mencari solusinya sendiri.
Pendekatan CLTS ini pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di India dan Bangladesh dengan hasil yang luar biasa. Dengan hasil seperti itu, kegiatan disebarluaskan ke berbagai pelosok di negara-negara tersebut, bahkan kini telah diadopsi dan disebarluaskan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia pendekatan ini pada awalnya diujicobakan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi, Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat serta Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur. Pendekatan ini ternyata memberikan hasil dalam peningkatan akses sanitasi secara spektakuler karena berlangsung dalam waktu yang sangat cepat.
Pada tahun 2008 telah diputuskan Strategi nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat melalui Kepmenkes No. 852/Menkes.SK/IX/2008. Strategi ini menjadi acuan bagi petugas kesehatan dan instansi terkait dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi terkait dengan sanitasi total berbasis masyarakat

B.     Tujuan:
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap perubahan perilaku higiene sanitasi lingkungan terutama dalam hal buang air besar pada tempatnya.
  


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Komunitas merupakan kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial berdasarkan kesamaan kebutuhan dan nilai-nilai untuk meraih tujuan.
Open Defecation Free yang selanjutnya disebut sebagai ODF adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan.
Cuci Tangan Pakai Sabun adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga yang selanjutnya disebut sebagai PAMRT adalah suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya seperti berkumur, sikat gigi, persiapan makanan/minuman bayi. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas:
·         Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.
·         Mencuci tangan pakai sabun.
·         Mengelola air minum dan makanan yang aman.
·         Mengelola sampah dengan benar.
·         Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
·         Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit.
Sanitasi dasar adalah hádala sarana sanitasi rumah tanggayang meliputi sarana Luang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga.

B.     Strategi Nasional STBM
  1. Penciptaan Lingkungan Yang Kondusif
a)      Prinsip
Meningkatkan dukungan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam meningkatkan perilaku higienis dan saniter.

b)      Pokok Kegiatan
·         Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya secara berjenjang
·         Mengembangkan kapasitas lembaga pelaksana di daerah.
·         Meningkatkan kemitraan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah,
·         Organisasi Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Swasta.

  1. Peningkatan Kebutuhan
a)      Prinsip
Menciptakan perilaku komunitas yang higienis dan saniter untuk mendukung terciptanya sanitasi total.
b)      Pokok kegiatan
·         Meningkatkan peran seluruh pemangku kepentingan dalam perencanaan dan pelaksanaan sosialisasi pengembangan kebutuhan.
·         Mengembangkan kesadaran masyarakat tentang konsekuensi dari kebiasaan buruk sanitasi (buang air besar) dan dilanjutkan dengan pemicuan perubahan perilaku komunitas.
·         Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih teknologi, material dan biaya sarana sanitasi yang sehat.
·         Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural leader) untuk menfasilitasi pemicuan perubahan perilaku masyarakat.
·         Mengembangkan sistem penghargaan kepada masyarakat untuk meningkatkan dan menjaga keberlanjutan sanitasi total.

  1. Peningkatan Penyediaan

a)      Prinsip
Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

b)      Pokok kegiatan
·         Meningkatkan kapasitas produksi swasta lokal dalam penyediaan sarana sanitasi.
·         Mengembangkan kemitraan dengan kelompok masyarakat, koperasi, lembaga keuangan dan pengusaha lokal dalam penyediaan sarana sanitasi.
·         Meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian perguruan tinggi untuk pengembangan rancangan sarana sanitasi tepat guna.

  1. Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management)
a)      Prinsip
Melestarikan pengetahuan dan pembelajaran dalam sanitasi total.
b)      Pokok kegiatan
·         Mengembangkan dan mengelola pusat data dan informasi.
·         Meningkatkan kemitraan antar program-program pemerintah, non pemerintah dan swasta dalam peningkatan pengetahuan dan pemberlajaran sanitasi di Indonesia.
·         Mengupayakan masuknya pendekatan sanitasi total dalam kurikulum pendidikan.

  1. Pembiayaan
a)      Prinsip
Meniadakan subsidi untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar.
b)      Pokok kegiatan
·         Menggali potensi masyarakat untuk membangun sarana sanitasi sendiri
·         Mengembangkan solidaritas sosial (gotong royong).
·         Menyediakan subsidi diperbolehkan untuk fasilitas sanitasi komunal.

  1. Pemantauan Dan Evaluasi
a)      Prinsip
Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi
b)      Pokok kegiatan
·         Memantau kegiatan dalam lingkup komunitas oleh masyarakat
·         Pemerintah Daerah mengembangkan sistem pemantauan dan pengelolaan data.
·         Mengoptimumkan pemanfaatan hasil pemantauan dari kegiatan-kegiatan lain yang sejenis
·         Pemerintah dan pemerintah daerah mengembangkan sistem pemantauan berjenjang.

C.    Peran dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan
  1. RT/Dusun/Kampung
·         Mempersiapkan masyarakat untuk berpartisipasi (gotong royong)
·         Memonitor pekerjaan di tingkat masyarakat
·         Menyelesaikan permasalahan/konflik masyarakat
·         Mendukung/memotivasi masyarakat lainnya,setelah mencapai keberhasilan sanitai total (ODF) di lingkungan tempat tinggalnya
·         Membangun kapasitas kelompok pada lokasi kegiatan STBM
·         Membangun kesadaran dan meningkatkan kebutuhan
·         Memperkenalkan opsi-opsi teknologi
·         Mempunyai strategi pelaksanaan dan exit strategi yang jelas
  1. Pemerintah Desa
·         Membentuk tim fasilitator desa yang anggotanya berasal dari kader-kader desa, Para Guru, dsb untuk memfasilitasi gerakan masyarakat. Tim ini mengembangkan rencana desa, mengawasi pekerjaan mereka dan menghubungkan dengan perangkat desa
·         Memonitor kerja kader pemicu STBM dan memberikan bimbingan yang diperlukan
·         Mengambil alih pengoperasian dan pemeliharaan (O & M) yang sedang berjalan dan tanggungjawab ke atas
·         Memastikan keberadilan di semua lapisan masyarakat, khususnya kelompok yang peka
  1. Pemerintah Kecamatan
·         Berkoordinasi dengan berbagai lapisan Badan Pemerintah dan memberi dukungan bagi kader pemicu STBM
·         Mengembangkan pengusaha lokal untuk produksi dan suplai bahan serta memonitor kualitas bahan tersebut
·         Mengevaluasi dan memonitor kerja lingkungan tempat tinggal
·         Memelihara database status kesehatan yang efektif dan tetap ter-update secara berkala
  1. Kabupaten Pemerintah
·         Mempersiapkan rencana kabupaten untuk mempromosikan strategi yang baru
·         Mengembangkan dan mengimplementasikan kampanye informasi tingkat kabupaten mengenai pendekatan yang baru
·         Mengkoordinasikan pendanaan untuk implementasi strategi STBM
·         Mengembangkan rantai suplai sanitasi di tingkat kabupaten
·         Memberikan dukungan capacity building yang diperlukan kepada semua institusi di kabupaten.
  1. Pemerintah Provinsi
·         Berkoordinasi dengan berbagai instansi/lembaga terkait tingkat Provinsi dan mengembangkan program terpadu untuk semua kegiatan STBM
·         Mengkoordinasikan semua sumber pembiayaan terkait dengan STBM
·         Memonitor perkembangan strategi nasional STBM dan memberikan bimbingan yang diperlukan kepada tim Kabupaten
·         Mengintegerasikan kegiatan higiene dan sanitasi yang telah ada dalam strategi STBM
·         Mengorganisir pertukaran pengetahuan/pengalaman antar kabupaten
  1. Pemerintah Pusat
·         Berkoordinasi dengan berbagai instansi/lembaga terkait tingkat Pusat dan mengembangkan program terpadu untuk semua kegiatan STBM
·         Mengkoordinasikan semua sumber pembiayaan terkait dengan STBM
·         Memonitor perkembangan strategi nasional STBM dan memberikan bimbingan yang diperlukan kepada tim Provinsi
·         Mengintegerasikan kegiatan higiene dan sanitasi yang telah ada dalam strategi STBM
·         Mengorganisir pertukaran pengetahuan/pengalaman antar kabupaten dan/atau provinsi serta antar negara



D.    Isu dan Tantangan STBM
Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB) di sembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan higienis lainnya.
Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak di bawah 3 tahun yaitu sebesar 19% atau sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap tahunnya dan kerugian ekonomi diperkirakan sebesar 2,3% dari Produk Domestik Bruto (studi World Bank, 2007).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, penanganan masalah sanitasi merupakan kewenangan daerah, tetapi sampai saat ini belum memperlihatkan perkembangan yang memadai. Oleh sebab itu, pemerintah daerah perlu memperlihatkan dukungannya melalui kebijakan dan penganggarannya

E.     Rencana Kerja dan Indikator STBM
  1. Rencana Kerja
Setiap pelaku pembangunan STBM mengembangkan rencana aksi serta pembiayaannya untuk pencapaian sanitasi total yang disampaikan kepada pemerintah daerah.
  1. Indikator
a)      Output:
Ø  Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF).
Ø  Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga.
Ø  Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air,sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
Ø  Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
Ø  Setiap rumah tanga mengelola sampahnya dengan benar.
b)      Outcome:
Ø  Menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku.



BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga yang selanjutnya disebut sebagai PAMRT adalah suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya seperti berkumur, sikat gigi, persiapan makanan/minuman bayi. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas:
·         Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.
·         Mencuci tangan pakai sabun.
·         Mengelola air minum dan makanan yang aman.
·         Mengelola sampah dengan benar.
·         Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
·         Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit.
B.     Saran
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat tentunya menjadi harapan kita bersama, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan agar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat akan diterapkan di daerah yang sanitasinya kurang bagus



DAFTAR PUSTAKA


No comments:

Post a Comment