TUGAS
INDIVIDU
MATA KULIAH
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
5 LEVELS OF PREVENTION
Oleh:
Andi
Sujito
NIM
120551
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN HAKLI SEMARANG
PRODI S1 KESEHATAN
MASYARAKAT SEMESTER VI
T.A 2012/2013
PENDAHULUAN
Sesuai international standard yang dibuat
oleh Leavel dan Clark, ada lima tahap pencegahan penyakit dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat.
Pertama disebut
Health Promotion atau promosi kesehatan. Promosi kesehatan ini
berisi ajakan untuk hidup sehat. Contohnya menyanyikan lagu “bangun tidur ku
terus mandi”, mengajak orang-orang desa agar mandi memakai sabun, mengajak
anak-anak untuk gosok gigi sebelum tidur, mengajak orang untuk tidak merokok,
mengajak orang untuk membuang sampah sembarangan, mengajak orang untuk memakai
helm atau masker saat berkendaraan, dll
Kedua Health
Prevention and Health protection atau pencegahan kesehatan dan
perlindungan kesehatan. Tahap ini merupakan penerapan dari praktek hidup sehat.
Contohnya penyemprotan got untuk membunuh nyamuk malaria, mandi pakai sabun,
pakai masker dan helm saat berkendaraan, tidak merokok, dll.
Ketiga yaitu Medical
Curative (early diagnose + prompt treatment) atau Pengobatan (deteksi
dini + pengobatan cepat tepat). Tahap ini adalah penanganan jika telah
ditemukan penyakit atau indikasi penyakit. Contohnya adalah Check up ke rumah
sakit, pergi ke dokter, pergi ke puskesmas, dll.
Keempat adalah Disability
Limitation atau pembatasan kecacatan. Tahap ini untuk membatasi cacat
atau penyakit yang sudah terlanjur menyerang atau menjangkiti seseorang.
Contohnya kontrol ke rumah sakit, dokter mengunjungi pasien untuk menanyakan
atau memeriksa keadaan pasien pasca pengobatan, dll.
Terakhir yaitu Health
Rehabilitation atau pemulihan kembali. Tujuan dari rehabilitasi ini
adalah untuk mengajari pasien kembali ke masyarakat. Contohnya
Rehabilitasi pecandu narkoba, rehabilitasi penderita kusta, rehabilitasi
penderita PEKAT (penyakit masyarakat), dll.
Di negara maju,
umumnya yang diutamakan adalah poin pertama, kedua, keempat dan kelima yang
biayanya relatif lebih murah, sementara efektifitasnya dalam mengurangi
penderita penyakit cukup signifikan. Sementara di negara berkembang dan negara
miskin justru poin ketiga yang diutamakan, padahal biayanya mahal dan
tidak efektif mengurangi jumlah penderita penyakit.
TUBERKULOSIS (TBC)
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru
walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan
ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui
menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh
kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis
dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam
lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.
- Health Promotion
a.
Kapan harus
dilakukan promosi kesehatan?
Promosi kesehatan sebenarnya
tidak hanya untuk mencegah penyakit TBC, tetapi lebih luas dari itu, adalah
untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat dengan cara memberikan
penyuluhan, pendidikan kesehatan dan contoh PHBS agar masyarakat terhindar dari
sakit, terutama terhindar dari penyakit menular. Promosi kesehatan bisa
dilakukan sedini mungkin dan bisa dilakukan dengan cara membiasakannya diaktivitas
kehidupan sehari hari, misalnya cuci tangan pakai sabun, mencuci tangan sebelum
dan setelah makan, mencuci tangan setelah dari toilet, BAB & BAK di
toilet/jamban, meminum air yang dimasak, memakai masker saat berkendara di
jalan berdebu dan sebagainya.
b.
Siapa
yang menjadi pelaksana promosi kesehatan?
Promosi kesehatan ini adalah
tanggung jawab setiap orang/masyarakat. Tetapi dalam tatanan formal, tentu saja
adalah menjadi kewajiban dari pemerintah untuk melakukan sosialisasi tentang
promosi kesehatan ini melalui lembaganya yang bernama Puskesmas, Posyandu serta
petugas kesehatan dan kader.
c.
Data
apa saja yang dibutuhkan?
Sebelum melakukan
promosi kesehatan, dibutuhkan data demi menunjang keberhasilan program ini
antara lain data demografi, meliputi jumlah penduduk, distribusi penduduk,
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.
d.
Indikator
keberhasilan program?
Indikator
keberhasilan program bisa dilihat dan diuji dari bertambahnya pengetahuan
masyarakat tentang PHBS, mampu menyediakan sarana dan prasarana PHBS serta
indikator pamungkas yang diharapkan adalah perubahan perilaku masyarakat kearah
perilaku hidup bersih dan sehat.
- Health Prevention & Specific Protection
a.
Kapan harus
dilakukan?
Health prevention dilakukan
bila ditemukan kasus TBC disuatu daerah atau ditempat lain yang memungkinkan
menyebar atau bisa terjadi di daerah tersebut.
b.
Siapa yang
menjadi pelaksana?
Pelaksana dalam program ini
adalah pemerintah melalui lembaga Puskesmas, Posyandu, BP4, Petugas Kesehatan dan didukung oleh
seluruh masyarakat.
c.
Data
apa saja yang dibutuhkan?
Hampir sama seperti
promosi kesehatan, data yang dibutuhkan dalam health prevention diantaranya
data demografi, meliputi jumlah penduduk, distribusi penduduk, usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Ditambah data kunjungan
TBC di Puskesmas atau instansi kesehatan lain sebagai penguat dalam memberikan
kampanye health prevention. Serta jauh lebih penting adalah pemberian imunisasi
BCG bagi balita yang diselenggarakan melalui program Posyandu.
d.
Indikator
keberhasilan program?
Indikator keberhasilan
program bisa diukur dari bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit
TBC seperti tidak meludah sembarangan, menggunakan masker, serta mampu
menyediakan sarana dan prasarana untuk mencegah menyebarnya penyakit TBC, serta
indikator pamungkas yang diharapkan adalah perubahan perilaku masyarakat kearah
perilaku hidup bersih dan sehat demi menghindari terjangkitnya penyakit TBC.
- Medical Curative (early diagnose + prompt
treatment)
a.
Kapan harus
dilakukan?
Pengobatan (deteksi dini + pengobatan cepat & tepat) segera
dilakukan begitu ada warga yang mengeluhkan gejala TBC, serta hasil Mantoux
test dan pemeriksaan sputum (BTA) yang positif dalam pemeriksaan 2 kali
berturut-turut.
Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif, 2
bulan) dan tahap lanjutan. Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat
ringannya penyakit. Penderita harus minum obat secara lengkap dan teratur
sesuai jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh. Dilakukan tiga kali pemeriksaan
ulang dahak untuk mengetahui perkembangan kemajuan pengobatan, yaitu pada akhir
pengobatan tahap awal, sebulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir
pengobatan.
b.
Siapa yang
menjadi pelaksana?
Pengobatan dan deteksi dini
dapat dilakukan di Puskesmas, Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4), Rumah
Sakit, klinik dan dokter praktek swasta. Di Puskesmas, penderita bisa mendapatkan pengobatan TBC secara cuma-cuma
(GRATIS).
c.
Data
apa saja yang dibutuhkan?
Data yang
dibutuhkan dalam program pengobatan ini adalah data jumlah, nama dan alamat
kunjungan pasien dengan keluhan mirip TBC serta pasien yang positif TBC. Dari
data yang didapat, bisa kita tentukanjumlah obat yang dibutuhkan serta ditunjuk
PMO (pengawas minum obat) dari keluarga atau orang terdekat pasien.
d.
Indikator
keberhasilan program?
Indikator keberhasilan yang
diharapkan adalah kepatuhan minum obat yang baik, tidak meludah sembarangan,
mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi, menggunakan masker, serta yang paling
penting adalah menurunnya atau absent-nya jumlah penderita TBC di area tersebut.
DIARE
Diare (atau dalam bahasa kasar disebut mencret) adalah sebuah penyakit
di mana tinja
atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling
sedikit tiga kali dalam 24 jam. Di negara
berkembang, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian
balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya.
1. Health Promotion
a.
Kapan harus dilakukan?
Promosi kesehatan terhadap
masyarakat dilakukan sedini dan semaksimal mungkin untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman masyarakat, yang diharapkan bisa merubah perilaku ke
arah hidup bersih dan sehat yang bisa mencegah terjadinya penyakit, khususnya
dalam bahasan ini adalah penyakit Diare.
b.
Siapa
yang menjadi pelaksana?
Promosi kesehatan
ini adalah tanggung jawab setiap orang/masyarakat. Tetapi dalam tatanan formal,
tentu saja adalah menjadi kewajiban dari pemerintah untuk melakukan sosialisasi
tentang promosi kesehatan ini melalui lembaganya yang bernama Puskesmas,
Posyandu serta petugas kesehatan dan kader. Serta peranan TOMA (tokoh
masyarakat) dan TOGA (tokoh agama).
c.
Data
apa saja yang dibutuhkan?
Sebelum melakukan promosi
kesehatan, dibutuhkan data demi menunjang keberhasilan program ini antara lain
data demografi, meliputi jumlah penduduk, distribusi penduduk, usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.
Data-data tersebut bisa dikumpulkan
melalui pemeriksaan atau wawancara langsung terhadap orang yang menderita
diarea, mengumpulkan laporan bulanan puskesmas/ Rumah Sakit tentang orang yang
menderita diarea, mengumpulkan laporan hasil publikasi badan-badan resmi, mis
BPS.
d.
Indikator
keberhasilan program?
Indikator keberhasilan
program bisa dilihat dan diuji dari bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang
PHBS, mampu menyediakan sarana dan prasarana PHBS serta indikator pamungkas
yang diharapkan adalah perubahan perilaku masyarakat kearah perilaku hidup
bersih dan sehat.
2. Health
Prevention & Specific Protection
a.
Kapan harus dilakukan?
Perlindungan umum dan khusus
terhadap penyakit diarea dilakukan saat sebelum terjadinya penyakit disuatu
daerah atau belum terjadinya kasus diarea disuatu daerah.
b.
Siapa yang
menjadi pelaksana?
Pelaksana dalam program ini
adalah pemerintah melalui lembaga Puskesmas, Posyandu, Petugas Kesehatan dan
didukung oleh seluruh masyarakat.
c.
Data
apa saja yang dibutuhkan?
Data yang dibutuhkan
seperti:
1)
Data tentang
jumlah kasus diarea yang terjadi dalam kurun waktu tertentu, meliputi: golongan
usia yang terkena diare, jenis kelamin yang terkena diare, jenis pekerjaan yang
terkena diarea, dll.
2)
Data tentang
perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat sekitar (penggunaan jamban yang
sesuai, kebiasaan cuci tangan setelah BAB/BAK, dsb)
3)
Data tentang
jumlah kunjungan yang sakit diarea dan mendapatkan perawatan di tempat
pelayanan kesehatan meliputi: Puskesmas, RS, Klinik, Tempat praktek mandiri.
4)
Data tentang angka kematian yang dikarenakan
sakit diarea
d.
Indikator
keberhasilan program?
1)
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
makanan bergizi.
2)
Masyarakat mampu membuat LGG (larutan Gula Garam)
3) Peningkatan
pelaksanaan Perlindungan umum dan khusus
terhadap penyakit diarea di institusi pelayanan seperti puskesmas dan Rumah
Sakit.
4) Menurunnya angka kesakitan
(morbiditas) penderita diare.
5)
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya ASI dan menyusui bayi.
6)
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya vaksinasi.
7)
Meningkatnya kesadaran masyarakat
mengenai penanganan penyakit diarea.
3. Medical
Curative (early diagnose + prompt treatment)
a.
Kapan harus
dilakukan?
Penegakkan diagnosa secara
dini serta pengobatan yang cepat dan tepat terhadap penyakit diarea dilakukan
saat terjadinya kasus diarea disuatu daerah.
b.
Siapa yang
menjadi pelaksana?
Pengobatan dan deteksi dini
dapat dilakukan di Puskesmas, Rumah Sakit, klinik dan dokter praktek swasta dan
petugas kesehatan.
c.
Data
apa saja yang dibutuhkan?
Disini ada beberapa
data yang diperlukan untuk pengobatan dan deteksi dini, yaitu:
1)
Data
jumlah kunjungan yang sakit diarea dan mendapatkan perawatan di tempat
pelayanan kesehatan meliputi: Puskesmas, RS, Klinik, Tempat praktek mandiri.
2)
Data
jumlah kasus diarea yang terjadi dalam kurun waktu tertentu, meliputi: golongan
usia yang terkena diare, jenis kelamin yang terkena diare, jenis pekerjaan yang
terkena diarea, dll.
d.
Indikator
keberhasilan program?
Indikator keberhasilan
program sebagai berikut:
1) Menurunnya angka kematian
(mortalitas) penderita diare.
2) Menurunnya angka kesakitan
(morbiditas) penderita diare.
3)
Meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai penanganan
penyakit diarea
4)
Peningkatan diagnosa
secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat terhadap penyakit diarea di institusi
pelayanan seperti puskesmas dan Rumah Sakit.
HIV-AIDS
Acquired
Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (disingkat AIDS)
adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom)
yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi
virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human
Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan
menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena
tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya
ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit
dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina,
cairan preseminal,
dan air susu ibu.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan
intim (vaginal, anal, ataupun oral),
transfusi
darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu
dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui,
serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
- Health Promotion
a.
Kapan harus dilakukan?
Promosi kesehatan terhadap
masyarakat dilakukan sedini dan semaksimal mungkin untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang HIV/AIDS, termasuk penyebab, cara
penularannya serta efek jangka panjang yang ditimbulkan, yang diharapkan bisa
merubah perilaku masyarakat untuk menghindari pola hidup tidak sehat yang bisa
menyebabkan terjangkitnya penyakit HIV/AIDS.
b.
Siapa
yang menjadi pelaksana?
Promosi kesehatan
ini adalah tanggung jawab pemerintah, dengan melakukan sosialisasi tentang
promosi kesehatan ini melalui lembaganya yang bernama Puskesmas, Posyandu,
rumah sakit serta petugas kesehatan dan kader, serta peranan TOMA (tokoh
masyarakat) dan TOGA (tokoh agama).
c.
Data
apa saja yang dibutuhkan?
Sebelum melakukan
promosi kesehatan tentang penyakit AIDS ini, dibutuhkan data demi menunjang
keberhasilan program antara lain data demografi, meliputi jumlah penduduk,
distribusi penduduk, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan
sebagainya.
Data-data tersebut bisa dikumpulkan
melalui pemeriksaan atau wawancara langsung terhadap orang yang menderita
diarea, mengumpulkan laporan bulanan puskesmas/ Rumah Sakit tentang orang yang
menderita diarea, mengumpulkan laporan hasil publikasi badan-badan resmi, mis
BPS.
d.
Indikator
keberhasilan program?
Indikator keberhasilan
program bisa dilihat dan diuji dari bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang
AIDS, mampu menjelaskan penyebab, cara penularan dan akibat penyakit AIDS serta
diharapkan adanya perubahan perilaku masyarakat kearah perilaku hidup sehat
termasuk pola sex yang sehat dan menghindari narkoba.
- Health Prevention & Specific Protection
a.
Kapan harus dilakukan?
Perlindungan umum dan khusus
terhadap penyakit AIDS dilakukan saat sebelum terjadinya penyakit disuatu
daerah atau belum terjadinya kasus AIDS disuatu daerah.
b.
Siapa yang
menjadi pelaksana?
Pelaksana dalam program ini
adalah pemerintah melalui lembaga Puskesmas, Posyandu, Petugas Kesehatan, LSM
dan NGO peduli AIDS dan didukung oleh seluruh masyarakat.
c.
Data
apa saja yang dibutuhkan?
Data yang dibutuhkan
seperti:
1)
Data tentang
jumlah penderita AIDS yang meliputi: golongan usia, jenis kelamin, jenis
pekerjaan, dll.
2)
Data tentang
jumlah kunjungan berulang di Puskesmas, RS, Klinik, Tempat praktek mandiri karena
sakit infeksi berkepanjangan, mencret lama, batuk lama, penurunan berat badan,
penyakit kulit yang tidak sembuh-sembuh, munculnya gangguan syaraf dan tumor.
3)
Data tentang
angka kematian yang dikarenakan AIDS.
4)
Data tentang
jumlah dan lokasi lokalisasi PSK didaerah tersebut.
d.
Indikator
keberhasilan program?
1)
Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan
bahayanya penyakit AIDS.
2)
Menurunnya angka penyebaran penyakit AIDS.
3) Menurunnya angka kesakitan
(morbiditas) penderita AIDS.
4)
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya menjaga kesetiaaan dengan pasangan.
5)
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya memakai kondom.
6)
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan
bahaya narkoba.
7)
Pudarnya stigmatisasi negatif dalam
masyarakat terhadap ODHA (orang dengan HIV AIDS), sehingga ODHA tersebut tidak
dikucilkan dalam masyarakat dan bisa berbaur dengan baik.
- Medical Curative (early diagnose + prompt
treatment)
a.
Kapan harus
dilakukan?
Penegakkan diagnosa secara dini serta pengobatan yang
cepat dan tepat terhadap penyakit AIDS dilakukan begitu ada ada laporan
kejadian penyakit ini, yang ditandai dengan pemeriksaan imunoasai enzim HIV dan pengujian Western blot, untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma,
cairan mulut, darah kering, atau urin pasien dengan hasil positif.
b.
Siapa yang
menjadi pelaksana?
Untuk pemeriksaan penyaring dapat dilakukan
hampir di semua rumah sakit pemerintah, pusat-pusat kesehatan dan beberapa
laboratorium swasta. Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau
AIDS. Penanganan infeksi HIV terkini adalah terapi antiretrovirus yang sangat
aktif (highly active antiretroviral therapy, disingkat HAART). Terapi ini telah
sangat bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV sejak tahun 1996, yaitu
setelah ditemukannya HAART yang menggunakan protease inhibitor.
c.
Data
apa saja yang dibutuhkan?
Data yang
dibutuhkan adalah jumlah penderita AIDS
serta yang sudah positif HIV. Selain itu juga diperlukan data penyebaran
penyakit HIV-AIDS ini di suatu daerah.
d.
Indikator
keberhasilan program?
Indikator keberhasilan
program sebagai berikut:
1) Menurunnya angka kematian (mortalitas)
penderita AIDS.
2) Menurunnya angka kesakitan
(morbiditas) penderita AIDS.
3) Menurunnya penyebaran dan kasus baru
HIV AIDS.
4) Peningkatan diagnosa
secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat terhadap penyakit AIDS di institusi pelayanan seperti Rumah
Sakit dan fasilitas rehabilitasi narkoba dan AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment