Tuesday, June 11, 2013

5 LEVELS OF PREVENTION

TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
5 LEVELS OF PREVENTION

Oleh:
Andi Sujito
NIM 120551

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAKLI SEMARANG
PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT SEMESTER VI
T.A 2012/2013
PENDAHULUAN

Sesuai international standard yang dibuat oleh Leavel dan Clark, ada lima tahap pencegahan penyakit dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Pertama disebut Health Promotion atau promosi kesehatan. Promosi kesehatan ini berisi ajakan untuk hidup sehat. Contohnya menyanyikan lagu “bangun tidur ku terus mandi”, mengajak orang-orang desa agar mandi memakai sabun, mengajak anak-anak untuk gosok gigi sebelum tidur, mengajak orang untuk tidak merokok, mengajak orang untuk membuang sampah sembarangan, mengajak orang untuk memakai helm atau masker saat berkendaraan, dll
Kedua Health Prevention and Health protection atau pencegahan kesehatan dan perlindungan kesehatan. Tahap ini merupakan penerapan dari praktek hidup sehat. Contohnya penyemprotan got untuk membunuh nyamuk malaria, mandi pakai sabun, pakai masker dan helm saat berkendaraan, tidak merokok, dll.
Ketiga yaitu Medical Curative (early diagnose + prompt treatment) atau Pengobatan (deteksi dini + pengobatan cepat tepat). Tahap ini adalah penanganan jika telah ditemukan penyakit atau indikasi penyakit. Contohnya adalah Check up ke rumah sakit, pergi ke dokter, pergi ke puskesmas, dll.
Keempat adalah Disability Limitation atau pembatasan kecacatan. Tahap ini untuk membatasi cacat atau penyakit yang sudah terlanjur menyerang atau menjangkiti seseorang. Contohnya kontrol ke rumah sakit, dokter mengunjungi pasien untuk menanyakan atau memeriksa keadaan pasien pasca pengobatan, dll.
Terakhir yaitu Health Rehabilitation atau pemulihan kembali. Tujuan dari rehabilitasi ini adalah untuk mengajari pasien kembali ke masyarakat. Contohnya Rehabilitasi pecandu narkoba, rehabilitasi penderita kusta, rehabilitasi penderita PEKAT (penyakit masyarakat), dll.
Di negara maju, umumnya yang diutamakan adalah poin pertama, kedua, keempat dan kelima yang biayanya relatif lebih murah, sementara efektifitasnya dalam mengurangi penderita penyakit cukup signifikan. Sementara di negara berkembang dan negara miskin  justru poin ketiga yang diutamakan, padahal biayanya mahal dan tidak efektif mengurangi jumlah penderita penyakit.


TUBERKULOSIS (TBC)

Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.

  1. Health Promotion
a.       Kapan harus dilakukan promosi kesehatan?
Promosi kesehatan sebenarnya tidak hanya untuk mencegah penyakit TBC, tetapi lebih luas dari itu, adalah untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat dengan cara memberikan penyuluhan, pendidikan kesehatan dan contoh PHBS agar masyarakat terhindar dari sakit, terutama terhindar dari penyakit menular. Promosi kesehatan bisa dilakukan sedini mungkin dan bisa dilakukan dengan cara membiasakannya diaktivitas kehidupan sehari hari, misalnya cuci tangan pakai sabun, mencuci tangan sebelum dan setelah makan, mencuci tangan setelah dari toilet, BAB & BAK di toilet/jamban, meminum air yang dimasak, memakai masker saat berkendara di jalan berdebu dan sebagainya.
b.      Siapa yang menjadi pelaksana promosi kesehatan?
Promosi kesehatan ini adalah tanggung jawab setiap orang/masyarakat. Tetapi dalam tatanan formal, tentu saja adalah menjadi kewajiban dari pemerintah untuk melakukan sosialisasi tentang promosi kesehatan ini melalui lembaganya yang bernama Puskesmas, Posyandu serta petugas kesehatan dan kader.
c.       Data apa saja yang dibutuhkan?
Sebelum melakukan promosi kesehatan, dibutuhkan data demi menunjang keberhasilan program ini antara lain data demografi, meliputi jumlah penduduk, distribusi penduduk, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.
d.      Indikator keberhasilan program?
Indikator keberhasilan program bisa dilihat dan diuji dari bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang PHBS, mampu menyediakan sarana dan prasarana PHBS serta indikator pamungkas yang diharapkan adalah perubahan perilaku masyarakat kearah perilaku hidup bersih dan sehat.

  1. Health Prevention & Specific Protection
a.       Kapan harus dilakukan?
Health prevention dilakukan bila ditemukan kasus TBC disuatu daerah atau ditempat lain yang memungkinkan menyebar atau bisa terjadi di daerah tersebut.
b.      Siapa yang menjadi pelaksana?
Pelaksana dalam program ini adalah pemerintah melalui lembaga Puskesmas, Posyandu,  BP4, Petugas Kesehatan dan didukung oleh seluruh masyarakat.
c.       Data apa saja yang dibutuhkan?
Hampir sama seperti promosi kesehatan, data yang dibutuhkan dalam health prevention diantaranya data demografi, meliputi jumlah penduduk, distribusi penduduk, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Ditambah data kunjungan TBC di Puskesmas atau instansi kesehatan lain sebagai penguat dalam memberikan kampanye health prevention. Serta jauh lebih penting adalah pemberian imunisasi BCG bagi balita yang diselenggarakan melalui program Posyandu.
d.      Indikator keberhasilan program?
Indikator keberhasilan program bisa diukur dari bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC seperti tidak meludah sembarangan, menggunakan masker, serta mampu menyediakan sarana dan prasarana untuk mencegah menyebarnya penyakit TBC, serta indikator pamungkas yang diharapkan adalah perubahan perilaku masyarakat kearah perilaku hidup bersih dan sehat demi menghindari terjangkitnya penyakit TBC.

  1. Medical Curative (early diagnose + prompt treatment)
a.       Kapan harus dilakukan?
Pengobatan (deteksi dini + pengobatan cepat & tepat) segera dilakukan begitu ada warga yang mengeluhkan gejala TBC, serta hasil Mantoux test dan pemeriksaan sputum (BTA) yang positif dalam pemeriksaan 2 kali berturut-turut.
Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif, 2 bulan) dan tahap lanjutan. Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat ringannya penyakit. Penderita harus minum obat secara lengkap dan teratur sesuai jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh. Dilakukan tiga kali pemeriksaan ulang dahak untuk mengetahui perkembangan kemajuan pengobatan, yaitu pada akhir pengobatan tahap awal, sebulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan.
b.      Siapa yang menjadi pelaksana?
Pengobatan dan deteksi dini dapat dilakukan di Puskesmas, Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4), Rumah Sakit, klinik dan dokter praktek swasta. Di Puskesmas, penderita bisa mendapatkan pengobatan TBC secara cuma-cuma (GRATIS).
c.       Data apa saja yang dibutuhkan?
Data yang dibutuhkan dalam program pengobatan ini adalah data jumlah, nama dan alamat kunjungan pasien dengan keluhan mirip TBC serta pasien yang positif TBC. Dari data yang didapat, bisa kita tentukanjumlah obat yang dibutuhkan serta ditunjuk PMO (pengawas minum obat) dari keluarga atau orang terdekat pasien.
d.      Indikator keberhasilan program?
Indikator keberhasilan yang diharapkan adalah kepatuhan minum obat yang baik, tidak meludah sembarangan, mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi, menggunakan masker, serta yang paling penting adalah menurunnya atau absent-nya jumlah penderita TBC di area tersebut.

  
DIARE

Diare (atau dalam bahasa kasar disebut mencret) adalah sebuah penyakit di mana tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. Di negara berkembang, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya.

1.      Health Promotion
a.       Kapan harus dilakukan?
Promosi kesehatan terhadap masyarakat dilakukan sedini dan semaksimal mungkin untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat, yang diharapkan bisa merubah perilaku ke arah hidup bersih dan sehat yang bisa mencegah terjadinya penyakit, khususnya dalam bahasan ini adalah penyakit Diare.
b.      Siapa yang menjadi pelaksana?
Promosi kesehatan ini adalah tanggung jawab setiap orang/masyarakat. Tetapi dalam tatanan formal, tentu saja adalah menjadi kewajiban dari pemerintah untuk melakukan sosialisasi tentang promosi kesehatan ini melalui lembaganya yang bernama Puskesmas, Posyandu serta petugas kesehatan dan kader. Serta peranan TOMA (tokoh masyarakat) dan TOGA (tokoh agama).
c.       Data apa saja yang dibutuhkan?
Sebelum melakukan promosi kesehatan, dibutuhkan data demi menunjang keberhasilan program ini antara lain data demografi, meliputi jumlah penduduk, distribusi penduduk, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.
Data-data tersebut bisa dikumpulkan melalui pemeriksaan atau wawancara langsung terhadap orang yang menderita diarea, mengumpulkan laporan bulanan puskesmas/ Rumah Sakit tentang orang yang menderita diarea, mengumpulkan laporan hasil publikasi badan-badan resmi, mis BPS.
d.      Indikator keberhasilan program?
Indikator keberhasilan program bisa dilihat dan diuji dari bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang PHBS, mampu menyediakan sarana dan prasarana PHBS serta indikator pamungkas yang diharapkan adalah perubahan perilaku masyarakat kearah perilaku hidup bersih dan sehat.

2.      Health Prevention & Specific Protection
a.       Kapan harus dilakukan?
Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit diarea dilakukan saat sebelum terjadinya penyakit disuatu daerah atau belum terjadinya kasus diarea disuatu daerah.
b.      Siapa yang menjadi pelaksana?
Pelaksana dalam program ini adalah pemerintah melalui lembaga Puskesmas, Posyandu, Petugas Kesehatan dan didukung oleh seluruh masyarakat.
c.       Data apa saja yang dibutuhkan?
Data yang dibutuhkan seperti:
1)      Data tentang jumlah kasus diarea yang terjadi dalam kurun waktu tertentu, meliputi: golongan usia yang terkena diare, jenis kelamin yang terkena diare, jenis pekerjaan yang terkena diarea, dll.
2)      Data tentang perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat sekitar (penggunaan jamban yang sesuai, kebiasaan cuci tangan setelah BAB/BAK, dsb)
3)      Data tentang jumlah kunjungan yang sakit diarea dan mendapatkan perawatan di tempat pelayanan kesehatan meliputi: Puskesmas, RS, Klinik, Tempat praktek mandiri.
4)       Data tentang angka kematian yang dikarenakan sakit diarea
d.      Indikator keberhasilan program?
1)      Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi.
2)      Masyarakat mampu membuat LGG (larutan Gula Garam)
3)      Peningkatan pelaksanaan Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit diarea di institusi pelayanan seperti puskesmas dan Rumah Sakit.
4)      Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita diare.
5)      Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI dan menyusui bayi.
6)      Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksinasi.
7)      Meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai penanganan penyakit diarea.

3.      Medical Curative (early diagnose + prompt treatment)
a.       Kapan harus dilakukan?
Penegakkan diagnosa secara dini serta pengobatan yang cepat dan tepat terhadap penyakit diarea dilakukan saat terjadinya kasus diarea disuatu daerah.
b.      Siapa yang menjadi pelaksana?
Pengobatan dan deteksi dini dapat dilakukan di Puskesmas, Rumah Sakit, klinik dan dokter praktek swasta dan petugas kesehatan.
c.       Data apa saja yang dibutuhkan?
Disini ada beberapa data yang diperlukan untuk pengobatan dan deteksi dini, yaitu:
1)      Data jumlah kunjungan yang sakit diarea dan mendapatkan perawatan di tempat pelayanan kesehatan meliputi: Puskesmas, RS, Klinik, Tempat praktek mandiri.
2)      Data jumlah kasus diarea yang terjadi dalam kurun waktu tertentu, meliputi: golongan usia yang terkena diare, jenis kelamin yang terkena diare, jenis pekerjaan yang terkena diarea, dll.
d.      Indikator keberhasilan program?
Indikator keberhasilan program sebagai berikut:
1)      Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita diare.
2)      Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita diare.
3)      Meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai penanganan penyakit diarea
4)      Peningkatan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat terhadap penyakit diarea di institusi pelayanan seperti puskesmas dan Rumah Sakit.



HIV-AIDS

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

  1. Health Promotion
a.       Kapan harus dilakukan?
Promosi kesehatan terhadap masyarakat dilakukan sedini dan semaksimal mungkin untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang HIV/AIDS, termasuk penyebab, cara penularannya serta efek jangka panjang yang ditimbulkan, yang diharapkan bisa merubah perilaku masyarakat untuk menghindari pola hidup tidak sehat yang bisa menyebabkan terjangkitnya penyakit HIV/AIDS.
b.      Siapa yang menjadi pelaksana?
Promosi kesehatan ini adalah tanggung jawab pemerintah, dengan melakukan sosialisasi tentang promosi kesehatan ini melalui lembaganya yang bernama Puskesmas, Posyandu, rumah sakit serta petugas kesehatan dan kader, serta peranan TOMA (tokoh masyarakat) dan TOGA (tokoh agama).

c.       Data apa saja yang dibutuhkan?
Sebelum melakukan promosi kesehatan tentang penyakit AIDS ini, dibutuhkan data demi menunjang keberhasilan program antara lain data demografi, meliputi jumlah penduduk, distribusi penduduk, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.
Data-data tersebut bisa dikumpulkan melalui pemeriksaan atau wawancara langsung terhadap orang yang menderita diarea, mengumpulkan laporan bulanan puskesmas/ Rumah Sakit tentang orang yang menderita diarea, mengumpulkan laporan hasil publikasi badan-badan resmi, mis BPS.
d.      Indikator keberhasilan program?
Indikator keberhasilan program bisa dilihat dan diuji dari bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang AIDS, mampu menjelaskan penyebab, cara penularan dan akibat penyakit AIDS serta diharapkan adanya perubahan perilaku masyarakat kearah perilaku hidup sehat termasuk pola sex yang sehat dan menghindari narkoba.

  1. Health Prevention & Specific Protection
a.       Kapan harus dilakukan?
Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit AIDS dilakukan saat sebelum terjadinya penyakit disuatu daerah atau belum terjadinya kasus AIDS disuatu daerah.
b.      Siapa yang menjadi pelaksana?
Pelaksana dalam program ini adalah pemerintah melalui lembaga Puskesmas, Posyandu, Petugas Kesehatan, LSM dan NGO peduli AIDS dan didukung oleh seluruh masyarakat.
c.       Data apa saja yang dibutuhkan?
Data yang dibutuhkan seperti:
1)      Data tentang jumlah penderita AIDS yang meliputi: golongan usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dll.
2)      Data tentang jumlah kunjungan berulang di Puskesmas, RS, Klinik, Tempat praktek mandiri karena sakit infeksi berkepanjangan, mencret lama, batuk lama, penurunan berat badan, penyakit kulit yang tidak sembuh-sembuh, munculnya gangguan syaraf dan tumor.
3)      Data tentang angka kematian yang dikarenakan AIDS.
4)      Data tentang jumlah dan lokasi lokalisasi PSK didaerah tersebut.
d.      Indikator keberhasilan program?
1)      Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan bahayanya penyakit AIDS.
2)      Menurunnya angka penyebaran penyakit AIDS.
3)      Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita AIDS.
4)      Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesetiaaan dengan pasangan.
5)      Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memakai kondom.
6)      Meningkatnya kesadaran masyarakat akan bahaya narkoba.
7)      Pudarnya stigmatisasi negatif dalam masyarakat terhadap ODHA (orang dengan HIV AIDS), sehingga ODHA tersebut tidak dikucilkan dalam masyarakat dan bisa berbaur dengan baik.

  1. Medical Curative (early diagnose + prompt treatment)
a.       Kapan harus dilakukan?
Penegakkan diagnosa secara dini serta pengobatan yang cepat dan tepat terhadap penyakit AIDS dilakukan begitu ada ada laporan kejadian penyakit ini, yang ditandai dengan pemeriksaan imunoasai enzim HIV dan pengujian Western blot, untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan mulut, darah kering, atau urin pasien dengan hasil positif.
b.      Siapa yang menjadi pelaksana?
      Untuk pemeriksaan penyaring dapat dilakukan hampir di semua rumah sakit pemerintah, pusat-pusat kesehatan dan beberapa laboratorium swasta. Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Penanganan infeksi HIV terkini adalah terapi antiretrovirus yang sangat aktif (highly active antiretroviral therapy, disingkat HAART). Terapi ini telah sangat bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV sejak tahun 1996, yaitu setelah ditemukannya HAART yang menggunakan protease inhibitor.

c.       Data apa saja yang dibutuhkan?
Data yang dibutuhkan adalah  jumlah penderita AIDS serta yang sudah positif HIV. Selain itu juga diperlukan data penyebaran penyakit HIV-AIDS ini di suatu daerah.
d.      Indikator keberhasilan program?
Indikator keberhasilan program sebagai berikut:
1)      Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita AIDS.
2)      Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita AIDS.
3)      Menurunnya penyebaran dan kasus baru HIV AIDS.
4)      Peningkatan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat terhadap penyakit AIDS di institusi pelayanan seperti Rumah Sakit dan fasilitas rehabilitasi narkoba dan AIDS.




DAFTAR PUSTAKA




No comments:

Post a Comment