Kekurangan
Energi Protein ( KEP ) pada balita
Definisi
KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari – hari sehingga
tidak memenuhi angka kecukupan gizi
Klasifikasi
Menurut baku median WHO-NCHS, KEP dibagi menjadi
beberapa tingkatan yaitu :
- KEP Ringan, bila berat badan
menurut umur (BB/U) 70% - 80% atau Berat badan menurut Tinggi badan (
BB/TB ) 70% - 80% menurut baku median WHO-NCHS
- KEP Sedang, bila berat badan menurut umur (BB/U) 60%
- 70% atau Berat badan menurut Tinggi badan ( BB/TB ) 60% - 70% menurut
baku median WHO-NCHS
- KEP Berat, bila berat badan menurut umur
(BB/U) < 60% atau Berat badan menurut Tinggi badan ( BB/TB ) < 60%
menurut baku median WHO-NCHS
Pembahasan
Masalah
KEP adalah salah
satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di Indonesia maupun
negara-negara berkembang lainnya KEP berdampak terhadap pertumbuhan,
perkembangan intelektual dan produktivitas antara 20-30%, selain itu juga
dampak langsung terhadap kesakitan dan kematian.
Faktor penyebab langsung terjadinya kekurangan
gizi adalah ketidakseimbangan gizi dalam makanan yang dikonsumsi dan
terjangkitnya penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung adalah ketahanan pangan
di keluarga, pola pengasuhan anak dan pelayanan kesehatan. Ketiga faktor
tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan
keluarga serta tingkat pendapatan keluarga (I Dewa Nyoman Supariasa, 2001:13).
Faktor ibu memegang peranan penting dalam menyediakan dan menyajikan makanan
yang bergizi dalam keluarga, sehingga berpengaruh terhadap status gizi anak
(Soekirman, 2000:26).
Fenomena gizi buruk ini biasanya melibatkan kurangnya
asupan kalori baik dari karbohidrat atau protein (protein-energy
malnutrition–PEM). Kurangnya pasokan energi sangat
mempengaruhi kerja masing-masing organ tubuh. Menurut situs Dinas Kesehatan
Pemda Ibukota Jakarta, keadaan gizi buruk ini secara klinis dibagi menjadi 3
tipe: Kwashiorkor, Marasmus, dan Kwashiorkor-Marasmus. Ketiga kondisi patologis ini umumnya terjadi pada
anak-anak di negara berkembang yang berada dalam rentang usia tidak lagi
menyusui
Kwashiorkor
Kwashiorkor sering juga diistilahkan sebagai busung lapar atau HO. Penampilan anak-anak penderita HO umumnya sangat khas, terutama bagian perut yang menonjol. Berat badannya jauh di bawah berat normal. Edema stadium berat maupun ringan biasanya menyertai penderita ini. Beberapa ciri lain yang menyertai diantaranya:
Kwashiorkor sering juga diistilahkan sebagai busung lapar atau HO. Penampilan anak-anak penderita HO umumnya sangat khas, terutama bagian perut yang menonjol. Berat badannya jauh di bawah berat normal. Edema stadium berat maupun ringan biasanya menyertai penderita ini. Beberapa ciri lain yang menyertai diantaranya:
l Perubahan
mental menyolok. Banyak menangis,pada stadium lanjut anak terlihat sangat
pasif.
l Penderita
nampak lemah dan ingin selalu terbaring
l Anemia.
l Diare
dengan feses cair yang banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya
produksi laktase dan enzim penting lainnya.
l Kelainan kulit yang khas, dimulai dengan titik
merah menyerupai petechia ( perdarahan kecil yang timbul sebagai titik berwarna
merah keunguan, pada kulit maupun selaput lendir, Red. ), yang lambat laun
kemudian menghitam. Setelah mengelupas, terlihat kemerahan dengan batas
menghitam. Kelainan ini biasanya dijumpai di kulit sekitar punggung, pantat,
dan sebagainya
l Pembesaran
hati. Bahkan saat rebahan, pembesaran ini dapat diraba dari luar tubuh, terasa
licin dan kenyal.
Tanda-tanda
kwashiorkor meliputi
l
Edema di
seluruh tubuh, terutama pada punggung kakI
l Wajah
membulat dan sembab
l Pandangan
mata sayu
l Perubahan
status mental: cengeng, rewel, kadang apatis
l Rambut
berwarna kepirangan, kusam, dan mudah dicabut
l Otot-otot
mengecil, teramati terutama saat berdiri dan duduk
l Bercak
merah coklat pada kulit, yang dapat berubah hitam dan mengelupas
l Menolak
segala jenis makanan (anoreksia)
l Sering
disertai anemia, diare, dan infeksi.
Marasmus
Kasus marasmik atau malnutrisi berat karena kurang karbohidrat disertai tangan dan kaki bengkak, perut buncit, rambut rontok dan patah, gangguan kulit. Pada umumnya penderita tampak lemah sering digendong, rewel dan banyak menangis. Pada stadium lanjut anak tampak apatis atau kesadaran yang menurun.
Kasus marasmik atau malnutrisi berat karena kurang karbohidrat disertai tangan dan kaki bengkak, perut buncit, rambut rontok dan patah, gangguan kulit. Pada umumnya penderita tampak lemah sering digendong, rewel dan banyak menangis. Pada stadium lanjut anak tampak apatis atau kesadaran yang menurun.
Marasmik adalah bentuk malnutrisi primer karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul diantaranya muka berkerut terlihat tua, tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah berwarna kemerahan dan terjadi pembesaran hati, sangat kurus karena kehilangan sebagian lemak dan otot . Anak-anak penderita marasmus secara fisik mudah dikenali. Penderita marasmus berat akan menunjukkan perubahan mental, bahkan hilang kesadaran. Dalam stadium yang lebih ringan, anak umumnya jadi lebih cengeng dan gampang menangis karena selalu merasa lapar. Ketidakseimbangan elektrolit juga terdeteksi dalam keadaan marasmus. Upaya rehidrasi ( pemberian cairan elektrolit ) atau transfusi darah pada periode ini dapat mengakibatkan aritmia ( tidak teraturnya denyut jantung ) bahkan terhentinya denyut jantung. Karena itu, monitoring klinik harus dilakukan seksama.
Ada pun ciri-ciri lainnya adalah:
l Berat
badannya kurang dari 60% berat anak normal seusianya
l .Kulit
terlihat kering, dingin dan mengendur.
l
Beberapa di
antaranya memiliki rambut yang mudah rontok.
l Tulang-tulang
terlihat jelas menonjol.
l
Sering
menderita diare atau konstipasi.
l Tekanan
darah cenderung rendah dibanding anak normal, dengan kadar hemoglobin yang juga
lebih
rendah dari semestinya
l Anak
tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
l Wajah
seperti orang tua, cengeng, rewel, perut cekung, dan kulit keriput
Marasmik-Kwashiorkor
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan gabungan gejala yang menyertai adalah :
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan gabungan gejala yang menyertai adalah :
l Berat
badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas kedua
penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit
dan sebagainya.
l Tubuh
mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.
l Kalium
dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolic seperti
gangguan pada ginjal dan pankreas
l Mineral
lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar natrium dan
fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium.
l Gejala
klinis Kwashiorkor-Marasmus tidak lain adalah kombinasi dari gejala-gejala
masing-masing penyakit tersebut.
Intervensi
yang dilakukan
Tata
laksana diet ditujukan untuk memberikan makanan tinggi energi ,tinggi protein
dan cukup vitamin mineral secara bertahap guna mencapai status gizi yang
optimal
- Pada KEP Ringan, diberikan penyuluhan
gizi dan nasehat pemberian makanan dianjurkan untuk memberikan ASI
eksklusif ( bayi< 4bulan ) dan terus sampai usia 2tahun, yang dirawat
inap untuk penyakit lain diberikan makanan sesuai penyakitnya
- Pada KEP Sedang, diberikan nasehat
pemberian makanan dan vitamin serta teruskan ASI, dipantau kenaikan berat
badanya. Diberikan makanan tinggi energi dan protein dengan kebutuhan
energi 20% - 50% diatas kebutuhan yang dianjurkan dan diet sesuai dengan
penyakitnya
- KEP Berat, harus rawat inap dan 10
langkah penting yang rutin dilaksanakan dipuskesmas ( DepKes RI, 2003 )
l Atasi
atau cegah Hipoglikemia
l Atasi
atau cegah hipotermia
l Atasi
atau cegah dehidrasi
l Koreksi
gangguan keseimbangan elektrolit
l Obati
atau cegah infeksi
l Mulai
pemberian makanan
l Koreksi
defisiensi nutrien
l Fasilitas
tumbuh kejar
l Lakukan
stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
Siapkan
dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh
No comments:
Post a Comment