Sunday, June 9, 2013

Kekurangan Energi Protein ( KEP ) pada balita

Kekurangan Energi Protein ( KEP ) pada balita


Definisi
KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari – hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi

Klasifikasi
Menurut baku median WHO-NCHS, KEP dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu :
  1. KEP Ringan, bila berat badan menurut umur (BB/U) 70% - 80% atau Berat badan menurut Tinggi badan ( BB/TB ) 70% - 80% menurut baku median WHO-NCHS
  2. KEP Sedang,  bila berat badan menurut umur (BB/U) 60% - 70% atau Berat badan menurut Tinggi badan ( BB/TB ) 60% - 70% menurut baku median WHO-NCHS
  3.  KEP Berat, bila berat badan menurut umur (BB/U) < 60% atau Berat badan menurut Tinggi badan ( BB/TB ) < 60% menurut baku median WHO-NCHS

Pembahasan Masalah
KEP adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di Indonesia maupun negara-negara berkembang lainnya KEP berdampak terhadap pertumbuhan, perkembangan intelektual dan produktivitas antara 20-30%, selain itu juga dampak langsung terhadap kesakitan dan kematian.
Faktor penyebab langsung terjadinya kekurangan gizi adalah ketidakseimbangan gizi dalam makanan yang dikonsumsi dan terjangkitnya penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung adalah ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak dan pelayanan kesehatan. Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan keluarga serta tingkat pendapatan keluarga (I Dewa Nyoman Supariasa, 2001:13). Faktor ibu memegang peranan penting dalam menyediakan dan menyajikan makanan yang bergizi dalam keluarga, sehingga berpengaruh terhadap status gizi anak (Soekirman, 2000:26).
Fenomena gizi buruk ini biasanya melibatkan kurangnya asupan kalori baik dari karbohidrat atau protein (protein-energy malnutrition–PEM). Kurangnya pasokan energi sangat mempengaruhi kerja masing-masing organ tubuh. Menurut situs Dinas Kesehatan Pemda Ibukota Jakarta, keadaan gizi buruk ini secara klinis dibagi menjadi 3 tipe: Kwashiorkor, Marasmus, dan Kwashiorkor-Marasmus. Ketiga kondisi patologis ini umumnya terjadi pada anak-anak di negara berkembang yang berada dalam rentang usia tidak lagi menyusui

Kwashiorkor
Kwashiorkor sering juga diistilahkan sebagai busung lapar atau HO. Penampilan anak-anak penderita HO umumnya sangat khas, terutama bagian perut yang menonjol. Berat badannya jauh di bawah berat normal. Edema stadium berat maupun ringan biasanya menyertai penderita ini. Beberapa ciri lain yang menyertai diantaranya:
l  Perubahan mental menyolok. Banyak menangis,pada stadium lanjut anak terlihat sangat pasif.
l  Penderita nampak lemah dan ingin selalu terbaring
l  Anemia.
l  Diare dengan feses cair yang banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya produksi laktase dan enzim penting lainnya.
l   Kelainan kulit yang khas, dimulai dengan titik merah menyerupai petechia ( perdarahan kecil yang timbul sebagai titik berwarna merah keunguan, pada kulit maupun selaput lendir, Red. ), yang lambat laun kemudian menghitam. Setelah mengelupas, terlihat kemerahan dengan batas menghitam. Kelainan ini biasanya dijumpai di kulit sekitar punggung, pantat, dan sebagainya
l  Pembesaran hati. Bahkan saat rebahan, pembesaran ini dapat diraba dari luar tubuh, terasa licin dan kenyal.

Tanda-tanda kwashiorkor meliputi
l  Edema di seluruh tubuh, terutama pada punggung kakI
l  Wajah membulat dan sembab
l  Pandangan mata sayu
l  Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis
l  Rambut berwarna kepirangan, kusam, dan mudah dicabut
l  Otot-otot mengecil, teramati terutama saat berdiri dan duduk
l  Bercak merah coklat pada kulit, yang dapat berubah hitam dan mengelupas
l  Menolak segala jenis makanan (anoreksia)
l  Sering disertai anemia, diare, dan infeksi.

Marasmus
Kasus marasmik atau malnutrisi berat karena kurang karbohidrat disertai tangan dan kaki bengkak, perut buncit, rambut rontok dan patah, gangguan kulit. Pada umumnya penderita tampak lemah sering digendong, rewel dan banyak menangis. Pada stadium lanjut anak tampak apatis atau kesadaran yang  menurun.

Marasmik adalah bentuk malnutrisi primer karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul diantaranya muka berkerut terlihat tua, tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah berwarna kemerahan dan terjadi pembesaran hati, sangat kurus karena kehilangan sebagian lemak dan otot . Anak-anak penderita marasmus secara fisik mudah dikenali. Penderita marasmus berat akan menunjukkan perubahan mental, bahkan hilang kesadaran. Dalam stadium yang lebih ringan, anak umumnya jadi lebih cengeng dan gampang menangis karena selalu merasa lapar. Ketidakseimbangan elektrolit juga terdeteksi dalam keadaan marasmus. Upaya rehidrasi ( pemberian cairan elektrolit ) atau transfusi darah pada periode ini dapat mengakibatkan aritmia ( tidak teraturnya denyut jantung ) bahkan terhentinya denyut jantung. Karena itu, monitoring klinik harus dilakukan seksama.
Ada pun ciri-ciri lainnya adalah:
l  Berat badannya kurang dari 60% berat anak normal seusianya
l  .Kulit terlihat kering, dingin dan mengendur.
l  Beberapa di antaranya memiliki rambut yang mudah rontok.
l  Tulang-tulang terlihat jelas menonjol.
l  Sering menderita diare atau konstipasi.
l  Tekanan darah cenderung rendah dibanding anak normal, dengan kadar hemoglobin yang juga
lebih rendah dari semestinya
l  Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
l  Wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, perut cekung, dan kulit keriput

Marasmik-Kwashiorkor
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan gabungan gejala yang menyertai adalah :
l  Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit dan sebagainya.
l  Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.
l  Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolic seperti gangguan pada ginjal dan pankreas
l  Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar natrium dan fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium.
l  Gejala klinis Kwashiorkor-Marasmus tidak lain adalah kombinasi dari gejala-gejala masing-masing penyakit tersebut.
Intervensi yang dilakukan
Tata laksana diet ditujukan untuk memberikan makanan tinggi energi ,tinggi protein dan cukup vitamin mineral secara bertahap guna mencapai status gizi yang optimal
  1. Pada KEP Ringan, diberikan penyuluhan gizi dan nasehat pemberian makanan dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif ( bayi< 4bulan ) dan terus sampai usia 2tahun, yang dirawat inap untuk penyakit lain diberikan makanan sesuai penyakitnya
  2. Pada KEP Sedang, diberikan nasehat pemberian makanan dan vitamin serta teruskan ASI, dipantau kenaikan berat badanya. Diberikan makanan tinggi energi dan protein dengan kebutuhan energi 20% - 50% diatas kebutuhan yang dianjurkan dan diet sesuai dengan penyakitnya
  3. KEP Berat, harus rawat inap dan 10 langkah penting yang rutin dilaksanakan dipuskesmas ( DepKes RI, 2003 )
l  Atasi atau cegah Hipoglikemia
l  Atasi atau cegah hipotermia
l  Atasi atau cegah dehidrasi
l  Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
l  Obati atau cegah infeksi
l  Mulai pemberian makanan
l  Koreksi defisiensi nutrien
l  Fasilitas tumbuh kejar
l  Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh

No comments:

Post a Comment