TUGAS KELOMPOK
MATA KULIAH EKOLOGI PANGAN DAN GIZI
“PROTEIN”
Nama Kelompok
:
1.
Arian Handoko
2.
Bagus Hartanto
3.
Doni Ardiyanto
4.
Dwi Enggar Widi Saptana
5.
Harjanti
6.
Herdiana widyastuti
YAYASAN
PENDIDIKAN HAKLI SEMARANG
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES “HAKLI” SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
SEMARANG
DAFTAR ISI
BAB 1 Pendahuluan
Latar
Belakang …………………………………………………………….
1
Rumusan
Masalah ………………………………………………….................
2
Tujuan …………………………………………………………….
2
BAB II Pembahasan
Pengertian Protein ……………………………………………………………. 3
Fungsi
Protein …………………………………………………………….
4
Pengelompokan
Protein dan Penggolongannya …………………………….
6
Sumber
Protein ……………………………………………………………17
Penyakit
Akibat Kekurangan Protein ……………………………………………20
Reaksi
Terhadap Protein ……………………………………………………22
BAB III Penutup
Peranan
Protein ……………………………………………………………30
Pengelompokan
Protein ……………………………………………………31
Sumber
Protein ……………………………………………………………36
Penyakit
Kekurangan Protein ……………………………………………………37
Reaksi
Protein ……………………………………………………………40
BAB IV Daftar Pustaka
2012
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Protein memegang peranan penting dalam
hampir semua proses kehidupan. Protein berasal dari bahasa Yunani “proteios”
yang berarti “barisan pertama”. Kata yang diciptakan oleh JÖns J. Berzelius
pada tahun 1938 untuk menekankan pentingnya golongan ini. Protein merupakan
komponen penting atau komponen utama sel manusia atau hewan. Oleh karena sel
itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat pada
makananberfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh.
Protein yang mempunyai molekul besar
denang bobot molekul bervariasi antara 5000
sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau enzim, protein akan
menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam
molekul protein. Asam-asam amino ini terikat satu dengan yang lain oleh ikatan
peptida. Protein mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH dan pelarut organik.
Protein dapat memerankan fungsi sebagai
bahan structural karena seperti halnya polimer lain, protein memiliki rantai
yang panjang dan juga dapat mengalami cross-linking dan lain-lain.
Selain itu protein juga dapat berperan sebagai biokatalis untuk reaksi-reaksi
kimia dalam sistem makhluk hidup. Makromolekul ini mengendalikan jalur dan
waktu metabolisme yang kompleks untuk menjaga kelangsungan hidup suatu
organisma. Suatu sistem metabolisme akan terganggu apabila biokatalis yang
berperan di dalamnya mengalami kerusakan (Hertadi, 2008. rhertadi@biotitech.ac.jp)
Asam amino ialah asam karboksilat yang
mempunyai gugus amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein
mempunyai gugus –NH2 pada atom karbon dari posisi gugus –COOH. Asam amino merupakan
unit dasar struktur protein. Suatu asam amino α terdiri dari gugus amino, gugus
karboksil, atom H, dan gugus R tertentu, yang semuanya terikat pada atom karbon
α. Atom karbon ini disebut α karena berseblahan dengan gugus karboksil (asam).
Gugus R menyatakan rantai samping.
Dari rumus umum tersebut dapat dilihat
bahwa atom karbon α ialah atom karbon asimetrik, kecuali bila R ialah atom H.
Oleh karena itu asam amino juga mempunyai sifat memutar bidang cahaya
terpolarisasi atau aktivitas optik. Rumus molekul dapat digambarkan dengan
model bola dan batang atau dengan rumus proyeksi Fischer. Oleh karena atom
karbon itu asimetrik, maka molekul asam amino mempunyai dua konfigurasi D dan
L. Hal ini dapat dibandingkan dengan konfigurasi molekul monosakarida.
II.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Protein ?
2. Apa Fungsi Protein ?
3. Bagaimana Pengelompokkan Protein ?
4. Apa saja Sumber Protein ?
5. Apa saja penyakit akibat Kekurangan Protein ?
6. Bagaimana Reaksi-Reaksi Pada Protein ?
III. Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan protein
2. Untuk
mengetahui fungsi protein
3. Untuk
mengetahui pengelompokkan protein
4. Untuk
mengetahui apa saja yang menjadi sumber protein
5. Untuk
mengetahui penyakit apa saja yang diakibatkan
kekurangan protein
6. Untuk
mengetahui reaksi-reaksi pada protein
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Pengertian
Protein
Kata tersebut protein datang dari kata Yunani
("prota"), yang berarti "arti penting yang utama."
Protein-protein pertama digambarkan dan yang dinamai oleh ahli kimia Swedish
Jöns Jakob Berzelius dalam 1838. Bagaimanapun, peran yang pusat dari
protein-protein tinggal di dalam organisma-organisma tidak secara penuh diakui sampai 1926, ketika Yakobus
B.Sumner menunjukkan bahwa urease enzim adalah suatu protein. Protein yang pertama adalah hormon insulin, oleh
Frederick Sanger, yang menang Hadiah Nobel untuk prestasi ini dalam 1958.
Struktur-struktur protein yang pertama
dimasukkan hemoglobin dan mioglobin, oleh Max Perutz dan Tuan Yohanes
Cowdery Kendrew, berturut-turut, dalam 1958. Tiga struktur dimensional
kedua-duanya protein-protein pertama ditentukan oleh analisa diffraction sinar
x; Perutz dan Kendrew bersama mendapat 1962 Hadiah Nobel di Chemistry
untuk penemuan-penemuan ini.
Protein adalah polimer linear yang dibangun dari 20 asam amino yang yang berbeda. Semua asam
amino menguasai fitur struktural umum, termasuk satu karbon kepada satu gugus
amino, suatu gugus karboksil, dan suatu rantai samping variabel terikat. Hanya
prolina berbeda dengan hal ini struktur dasar karena berisi satu cincin, arena yang
tidak biasa kepada kelompok amina N-end, angkatan yang separuh amida CO–NH ke
dalam suatu yang diperbaiki. Rantai samping dari asam amino
patokan, yang terperinci di dalam daftar asam amino yang standar, mempunyai kekayaan
kimia yang berbeda bahwa menghasilkan tiga struktur protein dimensional dan
kemudian kritis kepada fungsi protein. Asam amino
di suatu rantai polipeptida terhubung oleh ikatan peptida membentuk di suatu
reaksi dehidrasi. Begitu bersambung di dalam rantai protein, asam amino
perorangan disebut suatu residu, dan rangkaian yang terhubung dari karbon, zat
lemas, dan atom-atom oksigen dikenal sebagai tulang punggung rantai atau
protein utama. Ikatan peptida mempunyai dua resonansi membentuk bahwa menyokong
beberapa karakter ikatan rangkap dan menghalangi perputaran di sekitar poros
nya, sehingga karbon-karbon alfa dengan perkiraan kasar sebidang. Yang lain dua
sudut dua bidang di dalam ikatan peptida menentukan bentuk yang lokal yang
diasumsikan oleh tulang punggung protein.
Karena
struktur yang kimia setiap asam amino, rantai protein mempunyai directionalas.
Ujung protein dengan suatu gugus karboksil yang cuma-cuma dikenal sebagai
terminal terakhir C-terminus atau karboksi, sedangkan akhir dengan suatu gugus
amino yang cuma-cuma dikenal sebagai terminal terakhir N-terminus atau amino.
Protein,
polipeptida, dan peptida adalah suatu kerancuan yang kecil
dan tumpang-tindih di dalam maksud atau arti.
Protein adalah secara umum digunakan untuk mengacu pada molekul biologi yang
lengkap di suatu penyesuaian yang stabil, sedangkan peptida adalah secara
umum untuk suatu oligomer-oligomer asam
amino yang pendek sering kali kekurangan suatu yang stabil tiga struktur
dimensional. Bagaimanapun,
batas antara kedua tidak baik menggambarkan dan biasanya kepalsuan dekat 20–30
residues.
Polipeptida dapat mengacu pada setiap rantai linear yang tunggal dari
asam amino.
Protein
merupakan komponen utama bagi semua benda hidup termasuk mikroorganisme, hewan
dan tumbuhan. Protein merupakan rantaian gabungan 22 jenis asam amino. Protein
ini memainkan berbagai peranan dalam benda hidup dan bertanggungjawab untuk
fungsi dan ciri-ciri benda hidup (Anonim. 2008. Protein. (http://www.wikipedia.com) diakses tanggal 12
Oktober 2008).
Keistimewaan lain dari protein ini
adalah strukturnya yang mengandung N (15,30-18%), C (52,40%), H (6,90-7,30%), O
(21- 23,50%), S (0,8-2%), disamping C, H, O (seperti juga karbohidrat dan
lemak), dan S kadang-kadang P, Fe dan Cu (sebagai senyawa kompleks dengan
protein). Dengan demikian maka salah satu cara terpenting yang cukup spesifik
untuk menentukan jumlah protein secara kuantitatif adalah dengan penentuan
kandungan N yang ada dalam bahan makanan atau bahan lain (Sudarmaji, S, dkk.
1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty:
Yogyakarta).
II.
Fungsi Protein
Dalam kehidupan
protein memegang peranan yang penting pula, inilah contoh penting protein:
A. Katalis
enzimatik
Hampir semua reaksi kimia dalam sistem
biologi dikatalis oleh makromolekul spesifik yang disebut
enzim. Sebagian reaksi seperti hidrasi karbon dioksida bersifat sederhana,
sedangkan reaksi lainnya seperti replikasi kromosom sangat rumit. Enzim
mempunyai daya katalik yang sangat besar, umumnya meningkatkan kecepatan reaksi
sampai jutaan kali. Transformasi kimia in vivo sukar berlangsung tanpa
kehadiran enzim. Ribuan enzim telah diketahui sifatnya dan banyak diantaranya
telah dapat dikristalisasi. Fakta menunjukan bahwa hampir semua enzim yang
dikenal adalah protein. Jadi protein merupakan pusat dalam menetapkan pola
transformasi kimia dalam sistem biologis.
B. Transport dan
penyimpanan
Berbagai molekul dan ion ditransport
oleh protein spesifik. Misalnya transport oksigen dalam eritrosit oleh
hemoglobin; dan mioglobin suatu protein sejenis metransport oksigen dalam otot.
Besi dalam plasma darah terikat pada transferin dan disimpan dalam hati dalam
bentuk kompleks dengan feritin, dan protein yang lain lagi.
C. Koordinasi
gerak
Protein merupakan komponen utama dalam
otot. Kontraksi otot berlangsung akibat pergeseran dua jenis filamen protein.
Contoh lain adalah pergerakan kromosom pada proses mitosi dan gerak sperma oleh
flagela.
D. Penunjang
mekanis
Ketegangan kulit dan tulang disebabkan
oleh adanya kolagen yang merupakan protein fibrosa.
E. Proteksi imun
Antibodi merupakan merupakan protein
yang sangat spesifik dan dapat mengenal serta berkombinasi dengan benda asing
seperti virus, bakteri dan sel yang berasal dari organisme lain. Protein
berperan penting untuk membedakan “aku” dan bukan “aku”.
F. Membangkitkan
dan menghantar inpuls saraf
Respon sel saraf terhadap rangsang
sesifik diperantarai oleh protein reseptor. Misalnya rodopsin suatu protein
yang sensitif terhadap cahaya ditemukan pada sel batang retina. Protein
reseptor yang dipicu oleh molekul kecil spesifik seperti asetlkolin, berperan
dalam trasnmisi inpuls saraf pada sinaps yang menghubungkan sel-sel saraf.
G. Pengaturan
tumbuhan dan diferensiasi
Pengaturan urutan ekspresi informasi
genetik sangat penting bagi pertumbuhan yang beraturan serta diferensiasi sel.
Hanya bagian kecil genom dalam sel yang akan diekspresikan pada suatu saat.
Pada bakteri, protein reseptor merupakan elemen pengatur yang penting untuk
meredam spesifik suatu DNA dalam suatu sel. Pada organisme tingkat tinggi,
pertumbuhan dan difrensiasi diatur oleh protein faktor pertumbuhan. Misalnya,
faktor pertumbuhan saraf mengendalikan pertumbuhan jaringan saraf . aktifitas
sel-sel yang berbeda pada organisme multi sel dikoordinasi oleh hormon. Banyak
hormon seprti insulin dan TSH (Thyroid-stimulating hormone) merupakan protein.
Protein dalam sel berperaan dalampenguras arus energi dan unsur-unsur.
III.
Pengelompokkan Protein dan Penggolongannya
Pengelompokan protein didasarkan atas :
A. Struktur
Susunan Molekul Protein
Terbagi menjadi 2 , yaitu :
1. Fibriler
(Serat)
Yaitu
protein berbentuk serabut dan tidak larut dalam pelarut-pelarut encer serta
sukar diuraikan oleh enzim. Terdiri atas rantai polipeptida
memanjang. Berfungsi sebagai pelindung. Contoh : kolagen.
2. Globuler
(Bulat dan Elips)
Protein ini larut dalam air, asam atau basa dan dalam
etanol. Terdiri atas rantai polipeptida berlipat. Memiliki fungsi gerak atau
dinamik. Contoh : albumin, mioglobin dll.
B. Komposisi
Kimia
Di bedakan menjadi 2, yaitu :
1. Protein
Sederhana
Hanya
terdiri atas asam amino dan tidak ada gugus kimia lain.
Protein tersebut antara lain :
a. Albumin
Oleh panas menggumpal dan larut
dalam air. Misal
: Albumin pada putih telur
b. Globulin
Menggumpal
oleh panas dan larut dalam larutan netral encer dari garam asam dan basa kuat. Contoh:
serum globulin dalam darah.
c. Glutelin
Larut dalam
asam atau alkali encer. Glutelin terdapat di dalam gandum.
d. Prolamin
Larut dalam alkohol 80%. Contoh : gliadin dalam jagung.
e. Albuminoid
Tidak larut
dalam air, larutan garam asam encer atau alkali encer. Contoh : keratin pada rambut.
f. Histone
Tidak
menggumpal oleh panas, larut dalam air atau dalam larutan NH4OH
encer. Histone terdapat dalam kelenjar
timus.
g. Protamin
Tidak menggumpal oleh panas, larut
dalam larutan ammonia dan dalam air. Protamin adalah basa yang membentuk garam
yang stabil dengan asam kuat. Contoh : sturin dan salanin dalam sejenis ikan.
2. Protein Konjugasi
Protein
ini hanya terdiri atas rantai polipeptida yang terikat pada gugus kimia lain,
seperti:
a. Kromoprotein
Di dalam senyawanya protein ini mempunyai warna. Contoh :
hemoglobin dari darah merah.
b. Glikoprotein
Di dalam rangkaiannya terdapat gugus karbohidrat. Contoh : mucin pada saliva.
c. Nukleoprotein
Terdapat
tambahan gugus asam nukleat.
d. Lesitoprotein
Gugus
tambahan adalah lesitin.
e. Lipoprotein
Gugus
tambahan adalah salah satu dari asam lemah yang lebih tinggi.
C.
Penggolongan
Protein Berdasarkan Fungsi Biologi
Protein sebagai makromolekul (molekul besar) mampu
menunjukkan berbagai fungsi biologi. Atas dasar peran ini maka protein dapat
diklasifikasikan sebagai berikut enzim, protein transport, protein nutrient dan
penyimpan, protein kontraktil atau motil, protein struktural, protein
pertahanan dan protein pengatur.
No.
|
Golongan
|
Contoh
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Enzim
Protein Transport
Protein Nutrien dan Penyimpan
Protein Kontraktil atau Motil
Protein Struktural
Protein Pertahanan
Protein Pengatur
|
Ribonuklease
Tripsin
Hemoglobin
Albumin serum
Mioglobin
b1-Lipoprotein
Gliadin (gandum)
Ovalbumin (telur)
Kasein (susu)
Feritin
Aktin
Miosin
Tubulin
Dynein
Keratin
Fibroin
Kolagen
Elastin
Proteoglikan
Antibodi
Fibrinogen
Trombin
Toksin Botulinus
Toksin Difteri
Bisa ular
Risin
Insulin
Hormon tumbuh
Kortikotropin
Represor
|
Tabel 1. Penggolongan protein berdasarkan fungsi biologi
- Protein sebagai
enzim
Enzim, merupakan protein yang dapat berfungsi sebagai
katalisator. Hampir seluruh reaksi kimia yang terjadi di tingkat sel
dikatalisis oleh enzim. Protein yang paling bervariasi dan mempunyai kekhususan
tinggi adalah protein yang mempunyai aktivitas katalisa, yakni, enzim. Enzim
merupakan protein yang mempunyai fungsi sebagai katalis yang mempercepat laju
reaksi dengan menurunkan energi aktivasi dari reaksi tersebut. Hampir semua
reaksi kimia biomolekul organik di dalam sel dikatalisa oleh enzim. Lebih dari
2000 jenis enzim, masing-masing dapat mengkatalisa reaksi kimia yang berbeda,
telah ditemukan di dalam berbagai bentuk kehidupan. Beberapa contoh enzim yang
banyak dimanfaatkan saat ini seperti, glukosa oksidase yang mengkatalisis
glukosa menjadi asam glukonat, urikase yaitu enzim yang dapat membongkar asam
urat menjadi alantoin.
Contoh protein yang berfungsi sebagai enzim adalah
Ribonuklease dan Tripsin. Ribonuklease adalah protein globular berukuran kecil
lainnya, merupakan enzim yang disekresikan oleh pankreas ke dalam usus kecil,
tempat molekul ini mengkatalisa hidrolisis ikatan tertentu pada asam
ribonukleat yang terdapat pada makanan yang masuk. Enzim ini sangat spesifik
dalam aksi katalitiknya. Tripsin adalah enzim yang hanya mengkatalisa
hidrolisis ikatan peptida dengan gugus karboksil yang ada pada residu lisin
atau arginin, tanpa memandang panjang atau derat asam amino pada rantai
polipeptida.
- Protein
sebagai protein transport
Protein transport adalah protein yang dapat mengikat dan
membawa molekul atau ion yang khas dari satu organ ke organ lainnya. Protein
transport di dalam plasma darah mengikat dan membawa molekul atau ion spesifik
dari satu organ ke organ lain. Contoh protein transport adalah mioglobin.
Mioglobin merupakan protein pengikat oksigen yang relatif kecil (BM 16.700)
yang ditemukan pada sel otot. Fungsinya adalah untuk menyimpan oksigen yang
terikat dan untuk meningkatkan transport oksigen ke mitokondria, yang
mempergunakan oksigen selama oksidasi nutrien sel.
Contoh lainnya adalah Hemoglobin, yang merupakan protein
transport yang terdapat dalam sel darah merah. Hemoglobin dapat mengikat
oksigen ketika darah melalui paru-paru. Oksigen dibawa dan dilepaskan pada
jaringan periferi yang dapat dipergunakan untuk mengoksidasi nutrient (makanan)
menjadi energi. Pada plasma darah terdapat lipoprotein yang berfungsi
mengangkut lipida dari hati ke organ. Protein transport lain yang terdapat dalam
membran sel berperan untuk membawa beberapa molekul seperti glukosa, asam amino
dan nutrient lainnya melalui membran menuju sel.
Molekul hemoglobin adalah suatu tetramer a2b2
yang terdiri dari 2 rantai a yang identik dan 2 rantai b yang identik. Subunit
a dan b-nya terhubung secara struktur dan evolusi terhadap satu sama lain dan
terhadap mioglobin, suatu monomerik yang mengikat oksigen pada otot. Struktur
dari hemoglobin (hemoglobin tetramer) adalah molekul spheroidal dengan dimensi
64x55x50 Amstrong. Dua protomer ab-nya terhubung secara simetris dengan rotasi
lipatan dua. Hemoglobin menyusun 33% dari berat tubuh manusia. Hemoglobin
adalah salah satu protein pertama yang dapat ditentukan massa molekulnya secara
akurat, protein pertama yang dikarakterisasikan dengan ultra sentrifugasi dan
dihubungkan dengan fungsi fisiologis spesifik (dari transpor oksigen), dan
dalam sel sabit anemia merupakan yang pertama dalam menunjukkan mutasi yang
menyebabkan perubahan asam amino tunggal. Hemoglobin bukanlah hanya sebuah
tangki oksigen sederhana, akan tetapi merupakan sistem pembawa oksigen modern
yang menyediakan jumlah oksigen secara akurat menuju jarngan-jaringan di bawah
kondisi apapun. Hemoglobin membawa oksigen dari paru-paru, insang, atau kulit
hewan menuju kapiler-kapiler yang berfungsi dalam respirasi. Organisme yang
sangat kecil tidak membutuhkan protein ini karena kebutuhan respirasinya
dicukupkan dengan difusi pasif yang sederhana dari oksigen sepanjang tubuh.
Akan tetapi, karena laju transpor dari difusi zat bervariasi secara terbalik
dengan pangkat dari jarak yang harus ditempuh, laju difusi oksigen sepanjang
jaringan lebih tebal dari 1mm adalah terlalu lamban untuk menopang kehidupan.
Oleh karena itu, evolusi organisme yang besar dan kompleks, seperti Annelida
(contoh cacing tanah), membutuhkan perkembangan sistem sirkulasi secara aktif
membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan darah untuk organisme ini harus
mempunyai pembawa oksigen seperti hemoglobin karena kelarutan oksigen dalam
plasma darah terlalu rendah untuk membawa oksigen yang cukup untuk kebutuhan
metabolisme.
- Protein
sebagai protein penyimpan
Protein nutrient sering disebut juga protein penyimpanan,
protein ini merupakan cadangan makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Beberapa contoh protein ini, sering kita temukan dalam kehidupan
sehari-hari seperti ovalbumin merupakan protein utama putih telur, kasein
sebagai protein utama dalam susu. Contoh lainnya adalah protein yang menyimpan
zat besi yaitu ferritin yang terdapat di dalam jaringan hewan.
Biji berbagai tumbuhan menyimpan protein nutrien yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan embrio tanaman. Terutama, contoh yang telah
dikenal adalah protein biji dari gandum, jagung, dan beras. Ovalbumin
protein utama putih telur, dan kasein, protein utama susu merupakan
contoh lain dari protein nutrien. Ferritin jaringan hewan merupakan
protein penyimpan besi.
Kasein adalah protein yang terdapat dalam susu dan
digunakan sebagai agen pengikat pada berbagai macam makanan. Secara teknis,
kasein merupakan golongan fosfoprotein, yang merupakan kumpulan ikatan protein
yang mengandung asam fosfat. Ketika berkoagulasi dengan renin, kasein disebut
parakasein. Kasein merupakan garam, artinya kasein tidak memiliki muatan ion
bersih. Kasein tidak tergumpalkan oleh panas. Hal ini dipicu oleh asam dan
enzim rennet yang merupakan enzim proteolitik. Kasein terdiri dari jumlah yang
cukup tinggi dari prolin peptida, namun tidak berinteraksi dimana tidak
membentuk jembatan disulfida sehingga relatif tidak memiliki struktur tersier.
Oleh karena itu, protein tidak dapat terdenaturasi. Kasein relatif hidrofobik
sehingga kurang larut dalam air. Titik isoelektrik kasein adalah 4,6. Karena pH
susu 6,6, kasein memiliki muatan negatif dalam susu. Protein yang dimurnikan tidak
dapat larut dalam air. Sementara protein tidak larut dalam larutan garam
netral, mudah didispersikan dalam larutan basa encer dan larutan garam seperti
natrium oksalat dan natrium asetat. Dalam kondisi asam (pH rendah) kasein akan
mengendap karena kasein memiliki kelarutan (solubility) yang rendah pada
kondisi asam.
- Protein
sebagai protein kontraktil
Protein kontraktil juga dikenal sebagai protein motil, di
dalam sel organisme protein ini berperan untuk berkontraksi, mengubah bentuk,
atau bergerak seperti aktin dan miosin. Kedua protein ini merupakan filamen
yang berfungsi untuk bergerak di dalam sistem kontraktil dan otot kerangka.
Contoh lainnya adalah tubulin pembentuk mikrotubul merupakan zat utama penyusun
flagel dan silia yang menggerakkan sel.Salah satu contoh protein kontraktil
adalah Aktin. Yang berhubungan erat dengan filamen tebal pada otot kerangka
adalah filamen tipis, yang terdiri dari protein aktin. Aktin terdapat dalam dua
bentuk, aktin globular (G-aktin) dan aktin serat (F-aktin). Aktin serat
sebenarnya merupakan untaian panjang molekul G-aktin(BM 46.000) yang bergabung
membentuk suatu filamen. Dua filamen F-aktin saling membelit terhadap sesamanya
membentuk struktur dua untaian serupa tambang
Contoh lainya adalah miosin merupakan molekul serupa
batang yang berukuran relatif panjang dengan ekor yang merupakan dua
polipeptida a-heliks yang melilit terhadap satu sama lain; miosin juga
mempunyai “kepala” dengan susunan yang kompleks dan dilengkapi dengan aktivitas
enzim. Berat molekul protrin ini 450.000, kira-kira 160 nm panjangnya, dan
mengandung enam rantai polipeptida. Ekor panjangnya terdiri dari dua rantai
berberat molekul masing-masing 200.000; keduanya disebut rantai berat. Rantai
ini mempunyai sambungan fleksibel seperti engsel. Kepala miosin bersifat
globular, dan mengandung ujung rantai berat dan juga empat rantai ringan,
masing-masing berberat molekul kira-kira 18,000, terlipat menjadi konformasi
globular. Kepala molekul miosin mengandung aktivitas enzim; yang mengkatalisa
hidrolisa ATP menghasilkan ADP dan fosfat. Sejumlah molekul miosin tersusun
bersama-sama membentuk filamen tebal pada otot, kerangka. Miosin juga terdapat
pada sel bukan otot.
- Protein
sebagai protein struktural
Protein struktural, jenis protein ini berperan untuk menyangga
atau membangun struktur biologi makhluk hidup. Misalnya kolagen adalah protein
utama dalam urat dan tulang rawan yang memiliki kekuatan dan liat. Persendian
mengandung protein elastin yang dapat meregang dalam dua arah. Jenis lain
adalah kuku, rambut dan bulu-buluan merupakan protein keratin yang liat dan
tidak larut dalam air. Komponen utama dari serat sutra dan jaring
labah-labah adalah protein fibroin. Fibroin merupakan protein serabut
yang tidak larut, tetapi protein ini bersifat fleksibel dan lentur; dan tidak
dapat meregang.
Salah satu contoh protein struktural adalah keratin.
Keratin adalah protein yang tidak reaktif secara kimiawai dan tahan lama secara
mekanik, terdapat dalam semua vertebrata tingkat tinggi. Protein ini adalah
komponen dasar dari lapisan luar epidermal dan anggota badan yang berkaitan
seperti rambut, tanduk, kuku dan bulu. Keratin diklasifikasikan sebagai
a-keratin yang terdapat dalam mamalia, dan b-keratin yang terdapat dalam burung
dan reptil. Studi mikroskopik elektron menunjukkan bahwa rambut, yang tersusun
utamanya dari a-keratin, terdiri dari struktur hierarki. Rambut biasanya
mempunyai diameter 20mm dan terdiri dari sel mati, dimana tiap-tiapnya
mengandung mikrofibril (2000 Amstrong dalam diameter) yang terorientasi secara
paralel terhadap serabut rambut. Makrofibril tersusun dari mikrofibril (80
Amstrong dalam diameter) yang tertumpuk bersama oleh matriks protein amorfus
yang kaya akan kandungan sulfur. a-keratin kaya akan residu Cys, yang
cross-link secara sejajar dengan ikatan peptida. Hal ini berguna untuk
kelarutan dan ketahannya terhadap regangan, dua dari sifat biologis utama suatu
a-keratin. a-keratin diklasifikasikan sebagai “keras” atau “lunak” berdasarkan
pada apakah kandungan sulfurnya tinggi atau rendah. Keratin keras, seperti
rambut, tanduk, dan kuku adalah lebih lembut dari keratin lunak, seperti kulit
dan belulang, karena ikatan disulfidanya dapat melawan gaya yang cenderung akan
mendeformasikannya. Ikatan disulfidanya dipotong, serabut a-keratin dapat diregangkan
dua kali panjang dari panjang awalnya dengan memberikan panas lembab. Dalam
proses ini, analisis X-ray mengindikasikan bahwa struktur heliks a memanjang
dengan pengaturan kembali yang seiring dari ikatan hidrogen untuk membentuk
lembaran plat-b. b-keratin, seperti bulu, mempunyai pola X-ray dalam keadaan
normalnya.
Contoh lain adalah Elastin. Elastin adalah protein dengan
sifat elastis seperti penghapus, dimana seratnya dapat memanjang beberapa kali
dari panjang normalnya. Merupakan komponen dasar dari jaringan konektif elastis
kuning yang terdapat pada paru-paru, dinding pembuluh darah yang besar seperti
aorta, dan persendian elastis seperti yang ada pada leher. Jaringan konektif
putih yang tidak elastis dari tendon hanya mengandung jumlah elastin yang
sedikit. Elastin memiliki komposisi asam amino yang berbeda dan sebagian besar
mengandung residu non polar yang kecil. Elastin mengandung sepertiga Gly, lebih
dari sepertiga Ala+Val, dan kaya akan Pro. Akan tetapi, elastin hanya
mengandung sedikit Hydroxyproline dan residu polar, bukan Hydroxylysine.
Elastin membentuk jaringan tiga dimensi serat yang menempati kecenderungan
waktu tertentu yang tak tampak dalam mikroskop elektron. Rantai silang kovalen
dalam elastin terbentuk dari allysine aldol, yang juga terdapat dalam kolagen,
dan senyawa Lysinonorleucine, Desmosine, dan Isodesmosine.
Lysinonorleucine adalah hasil dari reduksi basa Schiff (ikatan imine) yang
terbentuk oleh kondensasi dari rantai samping sebuah Lys dengan allysine.
Desmosine dan Isedesmosine mempunyai bentuk unik terhadap elastin dan berperan
untuk warna kuning, dan merupakan hasil dari kondensasi 3 allysine dan 1 lysine
rantai samping. Rantai silang initernyata juga berperan dalam sifat elastik
dari elastin dan ketidaklarutannya.
- Protein
sebagai protein regulator
Beberapa protein membantu mengatur aktivitas seluler atau
fisiologi. Di antara jenis ini terdapat sejumlah hormon, seperti insulin,
yang mengatur metabolisme gula, dan kekurangannya, menyebabkan penyakit
diabetes. Hormon pertumbuhan
dari pituitary dan hormon paratiroid,
yang mengatur transport Ca2+ dan fosfat. Protein pengatur lain, yang
disebut represor mengatur
biosintesa enzim oleh sel bakteri. Kortikotropin merupakan protein struktural
yaitu suatu hormon dari kelenjar pituitary anterior yang merangsang korteks
adrenal.Contohnya adalah insulin. Insulin adalah sebuah hormon polipeptida yang mengatur metabolisme
karbohidrat. Selain merupakan efektor utama dalam homeostasis karbohidrat, hormon ini
juga ambil bagian dalam metabolisme lemak (trigliserida) dan protein – hormon ini memiliki properti anabolik. Hormon
tersebut juga mempengaruhi jaringan tubuh lainnya.Hormon insulin dihasilkan
oleh sel B pada pankreas yang merupakan pembawa pesan kimia yang diangkut oleh
darah menuju organ lain, terutama hati dan otot. Di sini insulin berikatan
dengan reseptor pada permukaan sel dan merangsang kapasitas sel untuk
menggunakan glukosa sebagai bahan bakar metabolik. Insulin mengandung 2 rantai
polipeptida, yang satu mempunyai 30 residu asam amino, yang lainnya mempunyai
dua residu asam amino. Insulin yang mengatur metabolisme gula dan kekurangannya
menyebabkan penyakit diabetes. Insulin merupakan protein pertama yang
ditentukan deretnya. Insulin sapi mempunyai berat molekul kira-kira 5700.
Molekul ini memiliki 2 rantai polipeptida, rantai A dengan 21 residu asam amino
dan rantai B dengan 30 residu asam amino. Kedua rantai disambung oleh dua
jembatan disulfida (S-S) dan salah satu rantai mempunyai ikatan disulfida
internal. Kedua rantai polipeptida pertama-tama dipisahkan dengan pemotongan jembatan
disulfida. Untuk tujuan ini, Sanger mempergunakan pengoksidasi asam performat,
yang memotong tiap residu sistin menjadi 2 residu asam sistat, satu pada
masing-masing rantai. Rantai ini kemudian dipisahkan dan deret masing-masing
ditentukan. Pengamatan deret asam amino kedua rantai tidak memperlihatkan pola
yang nyata atau suatu pengulangan adanya asam amino tertentu, tambahan pula
deret kedua rantai cukup berbeda. Penentuan deret asam amino rantai insulin
yang berhasil baik ini telah mendorong penelitian intensif mengenai hubungan
diantara struktur insulin yang diisolasi dari berbagai spesies, dan aktivitas
biologinya dalam menjalankan metabolisme gula. Kedua rantai A dan B insulin
diperlukan bagi aktivitas biologi, lebih jauh lagi jembatan disulfida harus
utuh. Penggantian sebagian atau kedua rantai oleh pemotongan selektif
menyebabkan hilangnya beberapa atau semua aktivitas molekul. Walaupun insulin
yang diisolasi dari pankreas beberapa spesies, sebagai contoh sapi, babi,
kambing, dan ikan paus, merupakan hormon aktif di dalam manusia dan
dipergunakan dalam pengobatan pasien penyakit diabetes, senyawa ini tidak
identik dengan insulin manusia. Yang nyata adalah bahwa pada posisi tertentu
pada masing-masing insulin, asam amino yang ditemukan selalu sama walaupun
spesies sumber insulin berbeda. Akan tetapi, pada posisi lain asam amino
mungkin berbeda dari satu spesies ke spesies lain. Pengamatan ini secara kuat
menunjukkan bahwa aktivitas insulin tergantung kepada deret asam amino pada
rantai polipeptidanya, di samping kepada ikatan antar rantai pada titik-titik
tertentu.
Insulin digunakan dalam pengobatan beberapa jenis diabetes mellitus. Pasien dengan
diabetes mellitus tipe 1 bergantung pada insulin eksogen (disuntikkan ke bawah
kulit atau subkutan) untuk keselamatannya karena kekurangan absolut hormon
tersebut. Pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 memiliki tingkat produksi
insulin rendah atau kebal insulin, dan terkadang membutuhkan pengaturan
insulin bila pengobatan lain tidak cukup untuk mengatur kadar glukosa darah.
- Protein
sebagai protein pertahanan
Banyak protein mempertahankan organisme dalam melawan
serangan oleh spesies lain atau melindungi organisme tersebut dari luka. Imunoglobulin
atau antibodi pada vertebrata adalah protein khusus yang dibuat oleh
limfosit yang dapat mengenali dan mengendapkan atau menetralkan serangan
bakteri, virus, atau protein asing dari spesies lain. Fibrinogen dan trombin
merupakan protein penggumpal darah yang menjaga kehilangan darah jika sistem
pembuluh terluka. Bisa ular, toksin bakteri, dan protein tumbuhan
beracun, seperti risin, juga tampaknya berfungsi di dalam pertahanan
tubuh.Contohnya adalah antibodi. Molekul antibodi muncul di dalam serum darah
dan jaringan tertentu spesies vertebrata sebagai reaksi terhadap injeksi suatu
antigen, protein, atau makromolekul asing lain. Antibodi merupakan molekul
protein berbentuk-Y yang mengandung empat rantai polipeptida. Molekul ini
mempunyai sisi pengikat yang bersifat komplementer terhadap bentuk struktur
spesifik molekul antigen. Molekul antibodi mempunyai dua sisi pengikat yang
membuatnya mampu membentuk kisi-kisi tiga dimensi molekul antibodi dan antigen
secara berganti-ganti. Antibodi bersifat sangat spesifik tehadap protein asing
yang menimbulkan pembentukannya. Tiap antigen dapat menimbulkan jenis antibodi
spesifik masing-masing yang akan mengenali dan bergabung hanya dengan antigen
yang menimbulkan pembentukannya atau molekul lain yang berdekatan. Ribuan atau
jutaan jenis antigen yang masuk akan merangsang dibentuknya ribuan atau jutaan
jenis antibodi pula. Setiap detik, sekitar 2000 molekul antibodi diproduksi
oleh sel limfosit B. Salah satu contoh yang melibatkan antibodi adalah ketika
kulit terkena infeksi karena luka maka akan timbul nanah. Nanah ini merupakan
sel darah putih penghasil antibodi yang mati setelah berperang melawan antigen.
- Protein
Lain
Terdapat banyak protein lain yang fungsinya agak eksotik
dan tidak mudah diklasifikasikan. Merupakan hal yang luar biasa bahwa semua
protein ini dengan sifat dan fungsi yang amat berbeda terbuat dari 20 asam
amino yang sama. Monelin, suatu protein tanaman dari Afrika yang
mempunyai rasa yang amat manis. Protein ini sedang dipelajari sebagai pemanis
makanan yang tidak menggemukkan dan tidak beracun untuk manusia. Plasma darah
beberapa ikan Antartika mengandung protein antibeku yang melindungi
darah ikan dari pembekuan. Persendian sayap beberapa insekta dibuat dari
protein resilin, yang bersifat hampir sempurna elastis.
IV. Sumber Protein
Kita memperoleh protein dari makanan
yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut
protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati.
Beberapa makan sumber protein ialah daging, telur,susu, ikan,beras, kacang,
kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan. Beberapa bahan makanan yang
mengandung protein serta kadar proteinnya dapat dilihat ditabel.
No
|
Nama bahan
makanan
|
Kadar
protein(%)
|
1
|
Daging ayam
|
18, 2
|
2
|
Daging sapi
|
18,8
|
3
|
Telur ayam
|
12,8
|
4
|
Susu sapi
segar
|
3,2
|
5
|
Keju
|
22,8
|
6
|
Bandeng
|
20,0
|
7
|
Udang segar
|
21,0
|
8
|
Kerang
|
8,0
|
9
|
Beras tumbuk
merah
|
7,9
|
10
|
Beras giling
|
6,8
|
11
|
Kacang hijau
|
22,2
|
12
|
Kedelai basah
|
30,2
|
13
|
Tepung terigu
|
8,9
|
14
|
Jagung kuning
|
7,9
|
15
|
Pisang ambon
|
1,2
|
16
|
Durian
|
2,5
|
Tumbuhan membentuk protein dari CO2,
H2O dan senyawa nitrogen. Hewan yang makan tumbuhan mengbah protein nabati
menjadi protein hewani. Di samping digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh,
protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi apabila tubuh kita
kekurangan karbohidrat dan lemak. Komposisi rata- rata unsur kimia yang
terdapat dalam protein ialah sebagai berikut: karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen
23%, nitrogen 16%, belerang 0-3%, dan fosfor 0-3%. Dengan pedoman pada kadar
nirogen sebesar 16%, dapat dilakukan penentuan kandungan protein dalam suatu
bahan makanan.unsur nitrogen ditentukan secara kuantitatif, misalnya dengan
cara Kjeldahl, yaitu dengan cara dekstruksi dengan asam pekat. Berat protein
yang ditentukan ialah 6,25 kali berat unsur nitrogen.
Protein lengkap yang mengandung semua
jenis asam amino esensial, ditemukan dalam daging, ikan, unggas, keju, telur,
susu,produk sejenis Quark, tumbuhan berbiji, suku polong-polongan, dan kentang.
Protein tidak lengkap ditemukan
dalam sayuran, padi-padian, dan polong-polongan.
Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Studi dari Biokimiawan USA Thomas
Osborne Lafayete Mendel, Profesor untuk biokimia di Yale, 1914,
mengujicobakan protein konsumsi dari daging dan tumbuhan kepada kelinci. Satu
grup kelinci tersebut diberikan makanan protein hewani, sedangkan grup yang
lain diberikan protein nabati. Dari eksperimennya didapati bahwa kelinci yang
memperoleh protein hewani lebih cepat bertambah beratnya dari kelinci yang
memperoleh protein nabati.
Kemudian studi selanjutnya, oleh McCay dari Universitas
Berkeley menunjukkan bahwa kelinci yang memperoleh protein nabati, lebih
sehat dan hidup dua kali lebih lama (Anonim. 2008. Protein. (http://www.wikipedia.com) diakses tanggal
12 Oktober 2008).
Kualitas protein didasarkan pada kemampuannya untuk menyediakan
nitrogen dan asam amino bagi pertumbuhan, pertahanan dan memperbaiki jaringan
tubuh. Secara umum kualitas protein tergantung pada dua karakteristik berikut:
A. Digestibilitas
protein (untuk dapat digunakan oleh tubuh, asam amino harus dilepaskan dari
komponen lain makanan dan dibuat agar dapat diabsorpsi. Jika komponen yang tidak
dapat dicerna mencegah proses ini asam amino yang penting hilang bersama
feses).
B. Komposisi asam amino seluruh asam amino yang
digunakan dalam sintesis protein tubuh harus tersedia pada saat yang sama agar
jaringan yang baru dapat terbentuk.dengan demikian makanan harus menyediakan
setiap asam amino dalam jumlah yang mencukupi untuk membentuk as.amino lain
yang dibutuhkan.
Faktor
yang mempengaruhi kebutuhan protein:
1.
Perkembangan
jaringan
Periode
dimana perkembangn terjadi dengan cepat seperti pada masa janin dan kehamilan
membutuhkan lebih banyak protein.
2.
Kualitas
protein
Kebutuhan
protein dipengaruhi oleh kualitas protein makanan pola as.aminonya. Tidak ada
rekomendasi khusus untuk orang-orang yang mengonsumsi protein hewani bersama
protein nabati. Bagi mereka yang tidak mengonsumsi protein hewani dianjurkan
untuk memperbanyak konsumsi pangan nabatinya untuk kebutuhan asam amino.
3.
Digestibilitas
protein
Ketersediaan
as.amino dipengaruhi oleh persiapan makanan. Panas menyebabkan ikatan kimia
antara gula dan as.amino yang membentuk ikatan yang tidak dapat dicerna.
Digestibitas dan absorpsi dipengaruhi oleh jarak antara waktu makan, dengan interval
yang lebih panjang akan menurunkan persaingan dari enzim yang tersedia dan
tempat absorpsi.
4.
Kandungan
energi dari makanan
Jumlah
yang mencukupi dari karbohidrat harus tersedia untuk mencukupi kebutuhan energi
sehingga protein dapat digunakan hanya untuk pembagunan jaringn. Karbohidrat
juga mendukung sintesis protein dengan merangsang pelepasan insulin.
5.
Status
kesehatan
Dapat
meningkatkan kebutuhan energi karena meningkatnya katabolisme. Setelah trauma
atau operasi asam amino dibutuhkan untuk pembentukan jaringan, penyembuhan luka
dan produksi faktor imunitas untuk melawan infeksi (Anonim. 2007).
V.
Penyakit Akibat
Kekurangan Protein
Penyakit
yang terjadi akibat kekurangan protein paling banyak ditemukan di Negara
miskin. Kekurangan protein juga mempengaruhi orang-orang yang lahir dengan
kelainan genetik untuk memproduksi protein tertentu, dan orang-orang dengan
penyakit yang menyebabkan mereka kehilangan nafsu makan dan gangguan pada otot.
Di Negara maju seperti Amerika yang terjadi malah sebaliknya. Kelebihan protein
akibat konsumsi makanan hewani berlebih. Bahkan para ahli di Amerika menyakini
bahwa rata-rata orang Amerika mengkonsumsi 50 persen lebih besar protein dari
yang dibutuhkan tubuh.
Penyakit
akibat kekurangan protein banyak jenisnya, misalnya penyusutan jaringan otot,
kehilangan berat badan, penumpukan cairan, anemia, denyut jantung sangat
rendah, juga termasuk penyakit pigmentasi pada kulit. Salah satu efek yang
berbahaya dari kurangnya protein adalah timbulnya penyakit muka tua yang
disebabkan oleh kekurangan protein dan karbohidrat di saat bersamaan.
Kekurangan Protein bisa berakibat
fatal:
a. Kerontokan rambut.
b. Penyakit kekurangan protein atau
biasa disebut Kwashiorkor.
Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan
oleh kekurangan parah protein dalam diet yang mengandung kalori sebagian besar
dari karbohidrat seperti ubi, beras dan pisang. Umumnya penderitanya adalah
anak kecil yang tidak mendapat asupan nutrisi protein yang cukup pada masa
pertumbuhannya. Menurut University of Maryland Medical Center orang dengan
kwashiorkor muncul bengkak di daerah perut dari retensi cairan. Gejala umum
dari kedua marasmus dan kwashiorkor adalah kelelahan, cepat marah, diare,
pertumbuhan terhambat dan gangguan kognisi dan kesehatan mental.
c. Kekurangan yang terus menerus
menyebabkan Marasmus .
Marasmus (seluruh badan menjadi lemah) adalah penyakit yang disebabkan
oleh kekurangan protein dan kalori cukup parah yang mempengaruhi bayi dan
anak-anak, sering mengakibatkan penurunan berat badan dan dehidrasi. Marasmus
dapat berkembang menjadi kelaparan dan kematian yang disebabkan oleh kekurangan
nutrisi penting. Orang dengan marasmus terlihat kurus dengan sedikit jaringan
otot.
d. Kekurangan Protein C
Salah
satu protein yang sangat penting bagi tubuh dan sangat berbahya bila tidak ada
adalah protein C. Protein C berkaitan dengan pembekuan darah. Protein bisa dengan
mudah ditemukan pada berbagai macam jenis makanan apalagi Indonesia terkenal
dengan makanan tempe yang kaya akan protein.
e. Cachexia
Cachexia
adalah suatu kondisi yang melibatkan
kekurangan protein, penipisan otot rangka dan tingkat peningkatan degradasi
protein, menurut penelitian oleh DP Kotler diterbitkan dalam “Annals of
Internal Medicine” pada tahun 2000. Menurut JE Morley dalam “American
Journal of Clinical Nutrition”,Cachexia menyebabkan penurunan berat badan,
kematian,penyakit kanker, AIDS, gagal ginjal kronis, penyakit panas, penyakit
paru obstruktif kronik dan rheumatoid arthritis. Pasien dengan kanker ganas dari lambung, usus, hati,
saluran empedu dan gangguan pankreas, memiliki kelelahan dan keseimbangan
nitrogen negatif sebagai akibat dari hilangnya massa otot dari cachexia, Sumber
yang ditulis oleh J Ockenga dalam “pencernaan Farmakologi dan Terapi” pada
tahun 2005.
Akibat dari kwashiorkor dan marasmus
sendiri, yaitu:
a. Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan
b. Mudah terkena penyakit
c. Berkurangnya
daya pikir
d. Penurunan
fungsi otak
e. Ketidakseimbangan cairan elektrolit
f. Berkurangnya daya tahan tubuh
g. Bila tidak segera diobati berakhir
dengan kematian
VI.
Reaksi Pada
Protein
Analisis protein dapat dilakukan
dengan dua metode, yaitu ; Secara kualitatif terdiri atas ; reaksi
Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi Nitroprusida, dan
reaksi Sakaguchi. Secara kuantitatif terdiri dari ; metode Kjeldahl,
metode titrasi formol, metode Lowry, metode spektrofotometri visible (Biuret),
dan metode spektrofotometri UV.
A. Analisa Kualitatif
1. Reaksi
Xantroprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan
dengan hati-hati kedalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapan
putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi
ialah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Jadi reaksi
ini positif untuk protein yang
mengandung tirosin,
fenilalanin dan
triptofan. Kulit kita bila kena asam nitrat berwarna kuning, itu juga karena
terjadi reaksi xantoprotein ini.
2. Reaksi
Hopkins-Cole
Triptofan dapat berkondensasi dengan
beberapa aldehida dengan bantuan asam kuat dan membentuk senyawa yang berwarna.
Larutan protein yang mengandung triptofan dapat di reaksikan dengan pereaksi
Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat. Pereaksi ini dibuat dari asam
oksalat dengan serbuk magnesium dalam air.
Setelah dicampur dengan pereaksi
Hopkins-Cole , asam sulfat dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan
dibawah larutan protein . Beberapa saat kemudian akan terjadi cinci ungu pada
batas antara kedua lapisan tersebut . Pada dasarnya reaksi Hopkins-Cole memberi
hasil positif khas untuk gugus indol dalam protein.
3. Reaksi Millon Pereaksi Millon
Adalah larutan
merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan
pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah
menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk
fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang
berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan hasil positif.
4. Reaksi
Nitroprusida
Natriumnitroprusida dalam larutan
amoniak akan menghasilkan warna merah dengan protein yang mempunyai gugus –SH
bebas. Jadi protein yang mengandung sistein dapat memberikan hasil positif.
Gugus –S-S pada sistin apabila direduksi dahulu dapat juga memberikan hasil
positif.
5. Reaksi
Sakaguchi
Pereaksi yang digunakan ialah naftol
dan natriumhipobromit. Pada dasarnya reaksi ini memberi hasil positif apabila
ada gugus guanidin. Jadi arginin atau protein yang mengandung arginin dapat
menghasilkan warna merah.
6. Metode Biuret
Larutan
protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan CuSO4 encer.
Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawasenyawa yang mengandung gugus amida
asam yang berada bersama gugus amida yang lain. Uji ini memberikan reaksi positif yaitu ditandai
dengan timbulnya warna merah violet atau biru violet.
B. Analisa Kuantitatif
Analisis protein dapat digolongkan
menjadi dua metode, yaitu:
1. Metode konvensional,
yaitu metode Kjeldahl (terdiri dari destruksi, destilasi, titrasi), titrasi
formol. Digunakan untuk protein tidak
terlarut.
2. Metode
modern, yaitu metode Lowry, metode spektrofotometri visible, metode
spektrofotometri UV. Digunakan
untuk protein terlarut.
a. Metode Kjeldahl
Metode
ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam
amino, protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan
asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan
amonium sulfat. Setelah pembebasan alkali dengan kuat, amonia yang terbentuk
disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara
titrasi.
Penetapan Kadar Prosedur :
1) Timbang 1 g bahan yang telah
dihaluskan, masukkan dalam labu Kjeldahl (kalau kandungan protein tinggi,misal
kedelai gunakan bahan kurang dari 1 g).
2) Kemudian ditambahkan 7,5 g kalium sulfat dan
0,35 g raksa (II) oksida dan 15 ml asam sulfat pekat.
3) Panaskan semua bahan dalam labu
Kjeldahl dalam lemari asam sampai berhenti berasap dan teruskan pemanasan
sampai mendidih dan cairan sudah menjadi jernih. Tambahkan pemanasan kurang
lebih 30 menit, matikan pemanasan dan biarkan sampai dingin.
4) Selanjutnya tambahkan 100 ml
aquadest dalam labu Kjeldahl yang didinginkan dalam air es dan beberapa lempeng
Zn, tambahkan 15 ml larutan kalium sulfat 4% (dalam air) dan akhirnya tambahkan
perlahan-lahan larutan natrium hidroksida 50% sebanyak 50 ml yang telah
didinginkan dalam lemari es.
5)
Pasanglah labu Kjeldahl dengan
segera pada alat destilasi.
6)
Panaskan labu Kjeldahl
perlahan-lahan sampai dua lapis cairan tercampur, kemudian panaskan dengan
cepat sampai mendidih.
7)
Destilasi ditampung dalam Erlenmeyer
yang telah diisi dengan larutan baku asam klorida 0,1N sebanyak 50 ml dan indicator
merah metil 0,1% b/v (dalam etanol 95%) sebanyak 5 tetes, ujung pipa kaca
destilator dipastikan masuk ke dalam larutan asam klorida 0,1N.
8) Proses destilasi selesai jika
destilat yang ditampung lebih kurang 75 ml. Sisa larutan asam klorida 0,1N yang
tidak bereaksi dengan destilat dititrasi dengan larutan baku natrium hidroksida
0,1N. Titik akhir titrasi tercapai jika terjadi perubahan warna larutan dari
merah menjadi kuning. Lakukan titrasi blanko.
Kadar Protein
Kadar
protein dihitung dengan persamaan berikut :
Kadar = V
NaOH blanko – V NaOH sampel x N NaOH x 14,008 x 100% x Fk
berat sampel (mg)
Keterangan
:
Fk
: faktor koreksi
Fk
N : 16
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
b. Metode Titrasi Formol
Larutan
protein dinetralkan dengan basa (NaOH) lalu ditambahkan formalin akan membentuk
dimethilol. Dengan terbentuknya dimethilol ini berarti gugus aminonya sudah
terikat dan tidak akan mempengaruhi reaksi antara asam dengan basa NaOH
sehingga akhir titrasi dapat diakhiri dengan tepat. Indikator yang digunakan
adalah p.p., akhir titrasi bila tepat terjadi perubahan warna menjadi merah
muda yang tidak hilang dalam 30 detik.
c. Metode Lowry
Prosedur
:
Pembuatan reagen Lowry A : Merupakan larutan asam
fosfotungstat-asam fosfomolibdat dengan perbandingan (1 : 1)
Pembuatan reagen Lowry B : Campurkan 2% natrium
karbonat dalam 100 ml natrium hidroksida 0,1N. Tambahkan ke dalam larutan
tersebut 1 ml tembaga (II) sulfat 1% dan 1 ml kalium natrium tartrat 2%.
Penetapan
Kadar
1) Pembuatan kurva baku
Siapkan
larutan bovin serum albumin dengan konsentrasi 300μg/ml (Li). Buat seri
konsentrasi dalam tabung reaksi, misal dengan komposisi berikut:
Tambahkan
ke dalam masing-masing tabung 8 ml reagen Lowry B dan biarkan selama 10 menit,
kemudian tambahkan 1 ml reagen Lowry A. Kocok dan biarkan selama 20 menit. Baca
absorbansinya pada panjang gelombang 600 nm tehadap blanko. (Sebagai blanko
adalah tabung reaksi no.1 pada tabel di atas)
2) Penyiapan Sampel
Ambil
sejumlah tertentu sampel protein yang terlarut misal albumin, mendapkan dahulu
dengan penambahan amonium sulfat Kristal (jumlahnya tergantung dari jenis
proteinnya, kalau perlu sampai mendekati kejenuhan amonium sulfat dalam
larutan). Pisahkan protein yang mengendap dengan sentrifus 11.000 rpm selama 10
menit, pisahkan supernatannya. Presipitat yang merupakan proteinnya kemudian
dilarutkan kembali dengan dapar asam asetat pH 5 misal sampai 10,0 ml. Ambil
volume tertentu dan lakukan penetapan selanjutnya seperti pada kurva baku mulai
dari penambahan 8 ml reagen Lowry A sampai seterusnya.
d. Metode Spektrofotometri Visible
(Biuret)
Prosedur
:
Pembuatan reagen Biuret :
Larutkan
150 mg tembaga (II) sulfat (CuSO4. 5H2O) dan kalium natrium tartrat (KNaC4H4O6.
4H2O) dalam 50 ml aquades dalam labu takar 100 ml. Kemudian tambahkan 30 ml
natrium hidroksida 10% sambil dikocok-kocok, selanjutnya tambahkan aquades
sampai garis tanda.
Pembuatan larutan induk bovin serum albumin (BSA):
Ditimbang 500 mg bovin serum albumin
dilarutkan dalam aquades sampai 10,0 ml sehingga kadar larutan induk 5,0% (Li).
Penetapan kadar (Metode Biuret) :
Pembuatan kurva baku :
Dalam kuvet dimasukkan larutan
induk, reagen Biuret dan aquades misal dengan komposisi sebagai berikut:
Setelah tepat 10 menit serapan
dibaca pada λ 550 nm
terhadap blanko yang terdiri dari 800 μL reagen Biuret dan 200 μL aquades.
Cara mempersiapkan sampel :
Ambil sejumlah tertentu sampel
protein yang terlarut misal albumin, endapkan dahulu dengan penambahan amonium
sulfat Kristal (jumlahnya tergantung dari jenis proteinnya, kalau perlu sampai mendekati
kejenuhan amonium sulfat dalam larutan). Pisahkan protein yang mengendap dengan
sentrifus 11.000 rpm selama 10 menit, pisahkan supernatannya. Presipitat yang merupakan
proteinnya kemudian dilarutkan kembali dengan dapar asam asetat pH 5 misal sampai
10,0 ml. Ambil sejumlah μL larutan
tersebut secara kuantitatif kemudian tambahkan reagen Biuret dan jika perlu
tambah dengan dapar asetat pH 5 untuk pengukuran kuantitatif. Setelah 10 menit
dari penambahan reagen Biuret, baca absorbansinya pada panjang gelombang 550 nm
terhadap blanko yang berisi reagen Biuret dan dapar asetat pH 5. Perhatikan adanya factor pengenceran
dan absorban sampel sedapat mungkin harus masuk dalam kisaran absorban kurva
baku.
e. Metode Spektrofotometri UV
Asam
amino penyusun protein diantaranya adalah triptofan, tirosin dan fenilalanin
yang mempunyai gugus aromatik. Triptofan mempunyai absorbsi maksimum pada 280
nm, sedang untuk tirosin mempunyai absorbsi maksimum pada 278 nm. Fenilalanin
menyerap sinar kurang kuat dan pada panjang gelombang lebih pendek. Absorpsi
sinar pada 280 nm dapat digunakan untuk estimasi konsentrasi protein dalam larutan.
Supaya hasilnya lebih teliti perlu dikoreksi kemungkinan adanya asam nukleat
dengan pengukuran absorpsi pada 260 nm.
Pengukuran pada 260 nm untuk melihat
kemungkinan kontaminasi oleh asam nukleat. Rasio absorpsi 280/260 menentukan
faktor koreksi yang ada dalam suatu tabel.
Kadar
protein mg/ml = A280 x faktor koreksi x pengenceran
Alat
Spektrofotometer
BAB III
PENUTUP
Protein adalah polimer linear yang
dibangun dari 20 asam amino yang yang berbeda. Semua asam
amino menguasai fitur struktural umum, termasuk satu karbon kepada satu gugus
amino, suatu gugus karboksil, dan suatu rantai samping variabel terikat. Hanya
prolina berbeda dengan hal ini struktur dasar karena berisi satu cincin, arena yang
tidak biasa kepada kelompok amina N-end, angkatan yang separuh amida CO–NH ke
dalam suatu yang diperbaiki. Rantai samping dari asam amino
patokan, yang terperinci di dalam daftar asam amino yang standar, mempunyai
kekayaan kimia yang berbeda bahwa menghasilkan tiga struktur protein
dimensional dan kemudian kritis kepada fungsi protein.
v Dalam kehidupan protein memegang
peranan yang penting pula, inilah contoh penting protein:
1.
Katalis
enzimatik
Enzim mempunyai daya katalik yang sangat besar, umumnya
meningkatkan kecepatan reaksi sampai jutaan kali. Transformasi kimia in vivo
sukar berlangsung tanpa kehadiran enzim. Ribuan enzim telah diketahui sifatnya
dan banyak diantaranya telah dapat dikristalisasi. Fakta menunjukan bahwa
hampir semua enzim yang dikenal adalah protein. Jadi protein merupakan pusat
dalam menetapkan pola transformasi kimia dalam sistem biologis.
2.
Transport dan
penyimpanan
Berbagai molekul dan ion ditransport oleh protein
spesifik. Misalnya transport oksigen dalam eritrosit oleh hemoglobin; dan
mioglobin suatu protein sejenis metransport oksigen dalam otot.
3.
Koordinasi
gerak
Protein merupakan komponen utama dalam otot. Kontraksi
otot berlangsung akibat pergeseran dua jenis filamen protein. Contoh lain
adalah pergerakan kromosom pada proses mitosi dan gerak sperma oleh flagela.
4.
Penunjang
mekanis
Ketegangan kulit dan tulang disebabkan oleh adanya
kolagen yang merupakan protein fibrosa.
5.
Proteksi imun
Antibodi merupakan merupakan protein yang sangat spesifik
dan dapat mengenal serta berkombinasi dengan benda asing seperti virus, bakteri
dan sel yang berasal dari organisme lain.
6.
Membangkitkan
dan menghantar inpuls saraf
Respon sel saraf terhadap rangsang sesifik diperantarai
oleh protein reseptor. Misalnya rodopsin suatu protein yang sensitif terhadap
cahaya ditemukan pada sel batang retina. Protein reseptor yang dipicu oleh
molekul kecil spesifik seperti asetlkolin, berperan dalam trasnmisi inpuls \saraf
pada sinaps yang menghubungkan sel-sel saraf.
7.
Pengaturan
tumbuhan dan diferensiasi
Pengaturan urutan ekspresi informasi genetik sangat
penting bagi pertumbuhan yang beraturan serta diferensiasi sel. Hanya bagian
kecil genom dalam sel yang akan diekspresikan pada suatu saat. Pada bakteri,
protein reseptor merupakan elemen pengatur yang penting untuk meredam spesifik
suatu DNA dalam suatu sel. Pada organisme tingkat tinggi, pertumbuhan dan
difrensiasi diatur oleh protein faktor pertumbuhan.
v Pengelompokan protein didasarkan
atas :
- Struktur
Susunan Molekul Protein
Terbagi menjadi 2 , yaitu :
a. Fibriler
(Serat)
Yaitu
protein berbentuk serabut dan tidak larut dalam pelarut-pelarut encer serta
sukar diuraikan oleh enzim. Terdiri atas rantai polipeptida
memanjang. Berfungsi sebagai pelindung. Cth : kolagen.
b. Globuler
(Bulat dan Elips)
Protein ini larut dalam air, asam atau basa dan dalam
etanol. Terdiri atas rantai polipeptida berlipat. Memiliki fungsi gerak atau dinamik. Cth
: albumin, mioglobin dll.
- Komposisi
Kimia
Di bedakan menjadi 2, yaitu :
a. Protein
Sederhana
Hanya
terdiri atas asam amino dan tidak ada gugus kimia lain. Protein tersebut antara lain :
1) Albumin.
2)
Globulin
3)
Glutelin
4)
Prolamin
5)
Albuminoid
6)
Histone
7)
Protamin
b. Protein Konjugasi
Protein ini hanya terdiri atas
rantai polipeptida yang terikat pada gugus kimia lain, seperti:
1) Kromoprotein.
2)
Glikoprotein.
3)
Nukleoprotein
4)
Lesitoprotein
5)
Lipoprotein
v Penggolongan Protein Berdasarkan Fungsi
Biologi
Protein sebagai makromolekul (molekul besar) mampu
menunjukkan berbagai fungsi biologi. Atas dasar peran ini maka protein dapat
diklasifikasikan sebagai berikut enzim, protein transport, protein nutrient dan
penyimpan, protein kontraktil atau motil, protein struktural, protein pertahanan
dan protein pengatur.
1. Protein sebagai
enzim
Enzim,
merupakan protein yang dapat berfungsi sebagai katalisator. Hampir seluruh
reaksi kimia yang terjadi di tingkat sel dikatalisis oleh enzim. Protein yang
paling bervariasi dan mempunyai kekhususan tinggi adalah protein yang mempunyai
aktivitas katalisa, yakni, enzim. Enzim merupakan protein yang mempunyai fungsi
sebagai katalis yang mempercepat laju reaksi dengan menurunkan energi aktivasi
dari reaksi tersebut. Hampir semua reaksi kimia biomolekul organik di dalam sel
dikatalisa oleh enzim. Lebih dari 2000 jenis enzim, masing-masing dapat
mengkatalisa reaksi kimia yang berbeda, telah ditemukan di dalam berbagai
bentuk kehidupan. Beberapa contoh enzim yang banyak dimanfaatkan saat ini
seperti, glukosa oksidase yang mengkatalisis glukosa menjadi asam glukonat,
urikase yaitu enzim yang dapat membongkar asam urat menjadi alantoin.
2. Protein sebagai
protein transport
Protein
transport adalah protein yang dapat mengikat dan membawa molekul atau ion yang
khas dari satu organ ke organ lainnya. Protein transport di dalam plasma darah
mengikat dan membawa molekul atau ion spesifik dari satu organ ke organ lain.
Contoh protein transport adalah mioglobin. Mioglobin merupakan protein pengikat
oksigen yang relatif kecil (BM 16.700) yang ditemukan pada sel otot. Fungsinya
adalah untuk menyimpan oksigen yang terikat dan untuk meningkatkan transport
oksigen ke mitokondria, yang mempergunakan oksigen selama oksidasi nutrien sel.
Molekul hemoglobin adalah suatu tetramer a2b2 yang terdiri
dari 2 rantai a yang identik dan 2 rantai b yang identik. Subunit a dan b-nya
terhubung secara struktur dan evolusi terhadap satu sama lain dan terhadap
mioglobin, suatu monomerik yang mengikat oksigen pada otot. Struktur dari
hemoglobin (hemoglobin tetramer) adalah molekul spheroidal dengan dimensi
64x55x50 Amstrong. Dua protomer ab-nya terhubung secara simetris dengan rotasi
lipatan dua. Hemoglobin menyusun 33% dari berat tubuh manusia. Hemoglobin
adalah salah satu protein pertama yang dapat ditentukan massa molekulnya secara
akurat, protein pertama yang dikarakterisasikan dengan ultra sentrifugasi dan
dihubungkan dengan fungsi fisiologis spesifik (dari transpor oksigen), dan
dalam sel sabit anemia merupakan yang pertama dalam menunjukkan mutasi yang
menyebabkan perubahan asam amino tunggal. Hemoglobin bukanlah hanya sebuah
tangki oksigen sederhana, akan tetapi merupakan sistem pembawa oksigen modern
yang menyediakan jumlah oksigen secara akurat menuju jarngan-jaringan di bawah
kondisi apapun. Hemoglobin membawa oksigen dari paru-paru, insang, atau kulit
hewan menuju kapiler-kapiler yang berfungsi dalam respirasi. Organisme yang
sangat kecil tidak membutuhkan protein ini karena kebutuhan respirasinya
dicukupkan dengan difusi pasif yang sederhana dari oksigen sepanjang tubuh.
Akan tetapi, karena laju transpor dari difusi zat bervariasi secara terbalik
dengan pangkat dari jarak yang harus ditempuh, laju difusi oksigen sepanjang
jaringan lebih tebal dari 1mm adalah terlalu lamban untuk menopang kehidupan. Oleh
karena itu, evolusi organisme yang besar dan kompleks, seperti Annelida (contoh
cacing tanah), membutuhkan perkembangan sistem sirkulasi secara aktif membawa
oksigen dan nutrisi ke jaringan darah untuk organisme ini harus mempunyai
pembawa oksigen seperti hemoglobin karena kelarutan oksigen dalam plasma darah
terlalu rendah untuk membawa oksigen yang cukup untuk kebutuhan metabolisme.
3. Protein sebagai
protein penyimpan
Protein
nutrient sering disebut juga protein penyimpanan, protein ini merupakan cadangan
makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Beberapa contoh
protein ini, sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari seperti ovalbumin
merupakan protein utama putih telur, kasein sebagai protein utama dalam susu. Biji berbagai tumbuhan menyimpan protein
nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan embrio tanaman. Terutama, contoh yang
telah dikenal adalah protein biji dari gandum, jagung, dan beras. Ovalbumin
protein utama putih telur, dan kasein, protein utama susu merupakan
contoh lain dari protein nutrien. Ferritin jaringan hewan merupakan
protein penyimpan besi.
Kasein adalah
protein yang terdapat dalam susu dan digunakan sebagai agen pengikat pada
berbagai macam makanan. Secara teknis, kasein merupakan golongan fosfoprotein,
yang merupakan kumpulan ikatan protein yang mengandung asam fosfat. Ketika
berkoagulasi dengan renin, kasein disebut parakasein. Kasein merupakan garam,
artinya kasein tidak memiliki muatan ion bersih. Kasein tidak tergumpalkan oleh
panas. Hal ini dipicu oleh asam dan enzim rennet yang merupakan enzim
proteolitik. Kasein terdiri dari jumlah yang cukup tinggi dari prolin peptida,
namun tidak berinteraksi dimana tidak membentuk jembatan disulfida sehingga
relatif tidak memiliki struktur tersier.
4. Protein sebagai
protein kontraktil
Protein
kontraktil juga dikenal sebagai protein motil, di dalam sel organisme protein
ini berperan untuk berkontraksi, mengubah bentuk, atau bergerak seperti aktin
dan miosin. Kedua protein ini merupakan filamen yang berfungsi untuk bergerak
di dalam sistem kontraktil dan otot kerangka. Contoh lainnya adalah tubulin
pembentuk mikrotubul merupakan zat utama penyusun flagel dan silia yang
menggerakkan sel. Salah satu contoh protein kontraktil adalah Aktin. Yang
berhubungan erat dengan filamen tebal pada otot kerangka adalah filamen tipis,
yang terdiri dari protein aktin. Aktin terdapat dalam dua bentuk, aktin
globular (G-aktin) dan aktin serat (F-aktin). Aktin serat sebenarnya merupakan
untaian panjang molekul G-aktin(BM 46.000) yang bergabung membentuk suatu
filamen. Dua filamen F-aktin saling membelit terhadap sesamanya membentuk
struktur dua untaian serupa tambang.
5. Protein sebagai
protein struktural
Protein
struktural, jenis protein ini berperan untuk menyangga atau membangun struktur
biologi makhluk hidup. Misalnya kolagen adalah protein utama dalam urat dan
tulang rawan yang memiliki kekuatan dan liat. Persendian mengandung protein
elastin yang dapat meregang dalam dua arah. Jenis lain adalah kuku, rambut dan
bulu-buluan merupakan protein keratin yang liat dan tidak larut dalam
air. Komponen utama dari serat sutra dan jaring labah-labah adalah protein fibroin.
Fibroin merupakan protein serabut yang tidak larut, tetapi protein ini bersifat
fleksibel dan lentur; dan tidak dapat meregang.
6. Protein sebagai
protein regulator
Beberapa
protein membantu mengatur aktivitas seluler atau fisiologi. Di antara jenis ini
terdapat sejumlah hormon,
seperti insulin, yang mengatur
metabolisme gula, dan kekurangannya, menyebabkan penyakit diabetes. Hormon pertumbuhan dari pituitary dan
hormon paratiroid, yang
mengatur transport Ca2+ dan fosfat. Protein pengatur lain, yang
disebut represor mengatur
biosintesa enzim oleh sel bakteri. Kortikotropin merupakan protein struktural
yaitu suatu hormon dari kelenjar pituitary anterior yang merangsang korteks
adrenal.
7. Protein sebagai
protein pertahanan
Banyak protein
mempertahankan organisme dalam melawan serangan oleh spesies lain atau
melindungi organisme tersebut dari luka. Imunoglobulin atau antibodi
pada vertebrata adalah protein khusus yang dibuat oleh limfosit yang dapat
mengenali dan mengendapkan atau menetralkan serangan bakteri, virus, atau
protein asing dari spesies lain. Fibrinogen dan trombin merupakan
protein penggumpal darah yang menjaga kehilangan darah jika sistem pembuluh
terluka. Bisa ular, toksin bakteri, dan protein tumbuhan beracun,
seperti risin, juga tampaknya berfungsi di dalam pertahanan tubuh.
8. Protein Lain
Terdapat banyak
protein lain yang fungsinya agak eksotik dan tidak mudah diklasifikasikan. Merupakan
hal yang luar biasa bahwa semua protein ini dengan sifat dan fungsi yang amat
berbeda terbuat dari 20 asam amino yang sama. Monelin, suatu protein
tanaman dari Afrika yang mempunyai rasa yang amat manis. Protein ini sedang
dipelajari sebagai pemanis makanan yang tidak menggemukkan dan tidak beracun
untuk manusia.
v Sumber Protein
Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari
hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani,
sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makan
sumber protein ialah daging, telur,susu, ikan,beras, kacang, kedelai, gandum,
jagung, dan buah-buahan. Beberapa bahan makanan yang mengandung protein serta
kadar proteinnya dapat dilihat ditabel.
Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa
nitrogen. Hewan yang makan tumbuhan mengbah protein nabati menjadi protein
hewani. Di samping digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga
dapat digunakan sebagai sumber energi apabila tubuh kita kekurangan karbohidrat
dan lemak. Komposisi rata- rata unsur kimia yang terdapat dalam protein ialah
sebagai berikut: karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang
0-3%, dan fosfor 0-3%. Dengan pedoman pada kadar nirogen sebesar 16%, dapat
dilakukan penentuan kandungan protein dalam suatu bahan makanan.unsur nitrogen
ditentukan secara kuantitatif, misalnya dengan cara Kjeldahl, yaitu dengan cara
dekstruksi dengan asam pekat. Berat protein yang ditentukan ialah 6,25 kali
berat unsur nitrogen.
v Penyakit
akibat kekurangan Protein
Penyakit akibat
kekurangan protein banyak jenisnya, misalnya penyusutan jaringan otot,
kehilangan berat badan, penumpukan cairan, anemia, denyut jantung sangat
rendah, juga termasuk penyakit pigmentasi pada kulit. Salah satu efek yang berbahaya
dari kurangnya protein adalah timbulnya penyakit muka tua yang disebabkan oleh
kekurangan protein dan karbohidrat di saat bersamaan. Kekurangan Protein bisa berakibat
fatal:
a.
Kerontokan rambut.
b. Penyakit kekurangan protein atau
biasa disebut kwashiorkor.
Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan
oleh kekurangan parah protein dalam diet yang mengandung kalori sebagian besar
dari karbohidrat seperti ubi, beras dan pisang. Umumnya penderitanya adalah
anak kecil yang tidak mendapat asupan nutrisi protein yang cukup pada masa
pertumbuhannya. Kekurangan yang terus menerus menyebabkan marasmus.
Marasmus (seluruh badan menjadi lemah) adalah penyakit yang
disebabkan oleh kekurangan protein dan kalori cukup parah yang mempengaruhi
bayi dan anak-anak, sering mengakibatkan penurunan berat badan dan dehidrasi.
Akibat dari
kwashiorkor dan marasmus sendiri, yaitu:
1)
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
2)
Mudah terkena penyakit
3)
Berkurangnya daya pikir
4)
Penurunan fungsi otak
5)
Ketidakseimbangan cairan elektrolit
6)
Berkurangnya daya tahan tubuh
7)
Bila tidak
segera diobati berakhir dengan kematian
- Kekurangan protein C
Salah
satu protein yang sangat penting bagi tubuh dan sangat berbahaya bila tidak ada
adalah protein C. Protein C berkaitan dengan pembekuan darah. Protein bisa
dengan mudah ditemukan pada berbagai macam jenis makanan apalagi Indonesia
terkenal dengan makanan tempe yang kaya akan protein.
- Cachexia
Cachexia
adalah suatu kondisi yang melibatkan kekurangan protein, penipisan otot rangka
dan tingkat peningkatan degradasi protein, menurut penelitian oleh DP Kotler
diterbitkan dalam “Annals of Internal Medicine” pada tahun 2000. Menurut
JE Morley dalam “American Journal of Clinical Nutrition”,Cachexia menyebabkan
penurunan berat badan, kematian,penyakit kanker, AIDS, gagal ginjal kronis,
penyakit panas, penyakit paru obstruktif kronik dan rheumatoid arthritis. Pasien dengan kanker ganas dari
lambung, usus, hati, saluran empedu dan gangguan pankreas, memiliki kelelahan
dan keseimbangan nitrogen negatif sebagai akibat dari hilangnya massa otot dari
cachexia, Sumber yang ditulis oleh J Ockenga dalam “pencernaan
Farmakologi dan Terapi” pada tahun 2005.
- Asam Urat
Asam urat
merupakan hasil akhir dari metabolism purin yang ada di dalam tubuh. Sedangkan
purin adalah protein dari golongan nucleoprotein yang tidak begitu dibutuhkan
oleh tubuh. Kadar asam urat yang tinggi menyebabkan timbulnya tofus, benjolan
keras berisi semacam serbuk kapur, di bagian kaki dan tangan.
Merupakan
akibat dari konsumsi zat purin secara berlebih. Purin diolah tubuh menjadi asam
urat, tapi jika kadar asam urat berlebih ginjal tidak mampu mengeluarkan, sehingga
Kristal asam urat menumpuk di persendian
akibatnya sendi merasa nyeri, bengkak dan meradang.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa ada dua
kondisi dimana penyakit ini muncul:
1) Kondisi organ normal namun produksi
asam urat berlebih.
2) Produksi asam urat normal namun ada
gangguan organ dalam seperti ginjal.
Proses
terjadinya asam urat:
1) Konsumsi zat yang mengandung purin
berlebih.
2) Zat purin dalam jumlah banyak masuk
ke dalam tubuh, kemudian metabolism berubah menjadi asam urat.
3) Kadar asam urat dalam tubuh
meningkat sehingga ginjal tidak mampu membuang kelebihan asam urat.
4) Kristal asam urat yang menumpuk di
persendian.
5) Akibatnya sendi terrasa nyerin
bengkak, meradang dan panas.
Gejala-gejala
1) Sendi terasa nyeri, ngilu, linu,
kesemutan dan bahkan membengkak dan berwarna kemerahan (meradang).
2)
Biasanya persendian terasa nyeri
saat pagi hari (baru bangun tidur) atau malam hari.
3)
Rasa nyeri pada sendi terasa
berulang-ulang.
4) Yang diserang biasanya sendi jari
kaki, jari tangan, lutut, tumit pergelangan tangan dan siku.
5) Pada kasus yang parah persendian
terasa sangat sakit saat bergerak.
Penegakan
Diagnosa
1) Pemeriksaan laboratorium dengan
specimen darah dan urin.
2) Normal dengan menggunakan specimen
darah (pria 3.5 – 7 mg/dl), (perempuan 2.6 – 6 mg/dl)
Tahapan
asam urat
1) Tahap asimtomatik
Kadar asam
urat darah meningkat tapi tidak menimbulkan gejala. Selanjutnya encok
menyebabkan tekanan darah tinggi atau sakit punggung sakit berat.
2) Tahap akut
Serangan akut pertama dating tiba-tiba dan cepat
memuncak. Umumnya serangan pertama kali terjadi pada tengah malam atau
menjelang pagi. Serangan itu berupa rasa nyeri yang hebat pada pangkal ibu jari
kaki. Rasa nyeri ini timbul secara mendadak dan didahului oleh keluhan lain.
Rasa nyeri ini begitu hebat sehingga bila bagian yang sakit bila tersentuh
bahkan selimut yang lembut pun akan terasa sakit. Rasa nyeri tersebut mencapai
puncaknya dalam waktu 24 jam dan perlahan-lahan akan sembuh spontan dan
menghilang dengan sendirinya dalam waktu 2 minggu.
3) Tahap interkritikal
Penderita dapat kembali bergerak normal serta
melakukan berbagai aktifitas seperti olahraga tanpa rasa sakit sama sekali.
Kalau rasa nyeri pada serangan pertama itu hilang bukan berarti penyakit itu
sembuh total, biasanya beberapa tahun kemudian aka nada serangan kedua.
4) Tahap kronik
Terjadi
bila penyakit diabaikan sehingga menjadi akut.
Fakto resiko
Pria
mempunyai resiko tinggi terkena penyakit ini. Orang yang potensial terkena adalah:
1)
Peminum alcohol, alcohol
meningkatkan kadar asam urat dalam darah.
2) Mempunyai riwayat keluarga
3) Berat badan berlebih
4) Memiliki gangguan ginjal dan tekanan
darah tinggi.
Pencegahan
1) Makanan BENJOL (Bayam, Emping, Jerohan, Otak, Limpa dll).
2) Minum lebih banyak air untuk
membantu pembuangan asam urat oleh ginjal.
3) Kurangi berat badan.
4) Makan dengan teratur.
5) Makan diet berimbang dengan
memperbanyak sayur dan buah.
6) Batasi kopi, the, minuman beralkohol
dan cokelat.
7) Batasi bahan makanan yang tinggi
purin.
Reaksi-reaksi Protein :
- Reaksi Xantroprotein
Larutan asam
nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati kedalam larutan protein . Setelah
dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila
dipanaskan. Reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti benzena yang terdapat
pada molekul protein. Jadi reaksi ini positif untuk protein yang mengandung tirosin ,fenilalanin
dan triptofan. Kulit kita bila kena asam nitrat berwarna kuning, itu juga
karena terjadi reaksi xantoprotein ini.
- Reaksi
Hopkins-Cole
Triptofan dapat
berkondensasi dengan beberapa aldehida dengan bantuan asam kuat dan membentuk
senyawa yang berwarna. Larutan protein yang mengandung triptofan dapat di
reaksikandengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat .
Pereaksi ini dibuat dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air.
Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole , asam sulfat dituangkan
perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan dibawah larutan protein . Beberapa
saat kemudian akan terjadi cinci ungu pada batas antara kedua lapisan tersebut
. Pada dasarnya reaksi Hopkins-Cole memberi hasil positif khas untuk gugus
indol dalam protein.
- Reaksi
Millon
Pereaksi Millon
adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi
ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang
dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan.
- Reaksi
Nitroprusida
Natriumnitroprusida
dalam larutan amoniak akan menghasilkan warna merah dengan protein yang
mempunyai gugus –SH bebas. Jadi protein yang mengandung sistein dapat
memberikan hasil positif. Gugus –S-S pada sistin apabila direduksi dahulu dapat
juga memberikan hasil positif.
- Reaksi
Sakaguchi
Pereaksi yang
digunakan ialah naftol dan natriumhipobromit. Pada dasarnya reaksi ini memberi
hasil positif apabila ada gugus guanidin. Jadi arginin atau protein yang
mengandung arginin dapat menghasilkan warna merah.
- Metode Biuret
Larutan
protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan CuSO4 encer.
Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawasenyawa yang mengandung gugus amida
asam yang berada bersama gugus amida yang lain. Uji ini memberikan reaksi positif yaitu ditandai
dengan timbulnya warna merah violet atau biru violet.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Protein. (http://www.wikipedia.com)
diakses tanggal 12 Oktober 2008
Media-herbal.blogspot.com / 2009-02-01.archive.html
Ngili Yohanis.
2010. Biokimia Dasar. Rekayasa Sains.
Bandung
Poedjiadi Anna.
1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit
Universitas Indonesia
Sadikin Mohamad
dkk. 1996. Biokimia Edisi 4. Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta
Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Sudarmaji, S, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Penerbit Liberty: Yogyakarta
No comments:
Post a Comment